Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menengok Situasi Perang Lewat Il Monumento al Partigiano di Parma

30 Oktober 2016   05:33 Diperbarui: 13 November 2016   07:11 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
terkapar dengan tangan terikat, tanda kalah|Dokumentasi pribadi

Monumen di kota Parma ini menggambarkan seorang prajurit perang dari kelompok berpistol Sten. Rupanya para prajurit ini dikelompokkan dalam berbagai kelas sesuia senjata yang mereka gunakan. Senjata atau pistol Sten rupanya berasal dari Inggris.

Senjata ini biasanya dililitkan di pinggang prajurit. Meniru para tentara Inggris dalam perang dunia kedua. Senjata Sten ini menjadi berkembang penggunaannya setelah perang dunia kedua tepatnya setelah 1940. Italia adalah salah satu negara yeng menggunakan senjata ini.

Nama Sten diambil dari dua penemunya yakni Jenderal Reginald Shepherd dan Harold Turpin dan juga kota produksinya yakni Enfiel (Inggris).

Monumen prajurit Sten ini berdiri tegak saat ini di kota Parma berkat jasa pemerhati partigiani(prajurit perang) di kota Parma. Mereka inilah yang ingin menhadirkan sebuah monumen untuk mengenang jasa para prajurit yang berperang melawan kaum nazi dan fasis di kota Parma.

Mereka membuat usulan sejak tahun 1951, tepat 5 tahun sebelum monumen ini diresmikan. Promotornya adalah salah satu dari pemerhati prajurit di kota Parma Piero Campanini. Dialah yang memperjuangkan proposal pembuatan monumen ini sampai di tingkat negara. Dia pun berbicara dengan para petinggi negara di Italia saat itu seperti Kepala Negara Luigi Einaudi, Ketua DPR Enrico De Nicola, dan beberapa petinggi lainnya seperti Giovanni Gronchi dan Alcide De Gasperi.

Selain mereka, di kota Parma sendiri ada dukungan penuh dari warga dan pemerintah. Dari pihak pemerintah ada wali kota Parma Giacomo Ferrari (mantan prajurit partigiano) dan Primo Savani (mantan prajurit partigianodan mantan ketua pejuang melawan kaum nazi).

Sebagai tindak lanjut, petinggi pemerintah di kota Parma memilih pemahat Marino Mazzacuratie dan arsitek Guglielmo Lusignoli. Mereka dua inilah yang merealisasikan monumen gagah ini. Marino membuat 2 patung sekaligus. Satu berdiri dengan gagah dan satunya terkapar di tanah.

satu berdiri dan satu terkapar di tanah|Dokumentasi pribadi
satu berdiri dan satu terkapar di tanah|Dokumentasi pribadi
Dua gambar ini mau menunjukkan betapa serunya perjuangan itu. Prajurit mesti berperang sampai terkapar di tanah saat nyawanya direnggut sang lawan. Ini perjuangan sampai mati. Warga Parma pun mengingat baik momen-momen bersejarah ini.

Momen ini seolah-olah menjadi hidup kembali sejak monumen ini diresmikan pada 30 Juni 1956 yang lalu. Ingatan kuat ini kiranya tidak terlepas dari peristiwa 10 tahun sebelumnya 1946 saat Italia bebas dari genggaman kaum nazi dan fasis. Parma termasuk salah satu basis dari kaum fasis saat itu.

Monumen ini penting bagi warga Parma saat itu dan juga saat ini. Saat ini warga Parma terus mengenang dan membaca baik-baik sejarah kota mereka lewat patung ini. Jangan heran juga jika saat peresmiannya, hadir kepala pemerintahan Italia dari Roma yakni Giovanni Gronchi dan juga para petinggi di tingkat provinsi dan kota madya Parma.

terkapar dengan tangan terikat, tanda kalah|Dokumentasi pribadi
terkapar dengan tangan terikat, tanda kalah|Dokumentasi pribadi
Patung yang gagah itu membuat warga Parma segan dan hormat akan para prajurit perang mereka. Mereka tahu dan belajar sejarah sehingga bisa belajar dari mereka. Mereka mengaktualkan kata-kata Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarahnya. Masihkah Indonesia mengingat dan menghormati para prajuritnya?

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 30/10/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun