Isabella memang hanya satu dari 68 juta anak perempuan di seluruh dunia yang diperlakukan seperti budak. Selain budak, anak perempuan juga diwajibkan untuk menikah pada usia kecil. Kelompok ini berjumlah 70 juta anak. Tentu kita tidak ingin makin rugi lagi. Semoga angka ini berkurang setiap tahun. Untuk itulah PBB menetapkan 11 Oktober sebagai peringatan untuk melihat kembali situasi anak dan kaum perempuan pada umumnya.
Saat ini, situasi mereka amat sedih. Situasi ini seolah-olah dikontrol oleh hukum alam yang bebal seperti ini: makin besar angka kemiskinan, makin kecil peluang untuk bekerja bagi anak perempuan. Hukum bebal inilah yang memenuhi prediksi dan pikiran banyak keluarga di seluruh dunia.
Dalam hal ini, PBB melaporkan bahwa di Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah, anak-anak perempuan berumur 5-14 tahun menghabiskan sekitar 40% dari waktu mereka untuk membersihkan rumah, menyiangi rumput, mengambil air di sumber air yang jauh dari rumah. Beban ini lebih besar ketimbang beban yang dipikul oleh kaum lelaki pada rentang umur yang sama. Sebagai konsekuensinya, anak perempuan memiliki waktu belajar lebih sedikit ketimbang anak lelaki.
Masihkah keadaan ini akan terus berlanjut? Ataukah ada harapan untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik?
PBB melalui Unicef-nya memberi harapan ke arah yang lebih baik. Unicef terus mengharapkan dukungan publik internasional sekaligus berterima kasih kepada yang sudah berkontribusi untuk menyadarkan semua orang akan situasi sulit ini. Dalam laporannya, ada harapan positif tentang situasi kaum perempuan dan anak-anak.
Di Asia misalnya seperti India, kasus menikah di bawah umur turun dari 50% ke 43% dalam kurun waktu belasan tahun belakangan. Tahun 1992-1993 misalnya banyak yang menikah di bawah usia 18 tahun. Tahun 2008, angka ini berkurang.
Hal yang sama terjadi di Bangladesh, Burkina Faso, Gibuti, Etiopia, Senegal, dan Somalia.
Angka ini masih terus diperbarui di banyak negara. Unicef juga masih mengusahakan perbaikan situasi untuk 12 juta anak-anak perempuan di seluruh dunia yang bekerja selama 12-18 jam sehari. Waktu untuk belajar dan bermain bagi kelompok ini tidak ada. Masa depan bagi mereka hampir pupus jika tidak berubah. Bukan hanya mereka, masa depan masyarakat juga akan menjadi buruk.
Cara untuk mengubah situasi ini menurut Unicef adalah dengan memperbarui hukum di beberapa negara yang tidak berpihak pada anak-anak perempuan, menghilangkan kemiskinan, dan mengusahakan pendidikan bagi anak-anak perempuan. Ban Kii-moon dalam pesannya tahun ini mengatakan bahwa PBB terus bekerja dan memperkirakan di tahun 2030, semua anak perempuan mendapat pendidikan.
Semoga ini menjadi nyata kelak dan dimulai sejak saat ini juga.