Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sanggar Talentalegra Jakarta Menampilkan Wajah Indonesia di Italia

18 September 2016   02:47 Diperbarui: 19 September 2016   02:13 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menampilkan wajah Indonesia di hadapan publik asing tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi menampilkan wajah Indonesia yang beraneka ragam. Tetapi, tetap saja ada cara yang pas untuk menampilkannya dengan wajah menarik.

Indonesia dengan keragamannya amatlah rumit. Kerumitan ini pun menjadi hantu menakutkan saat mempresentasikan Indonesia di hadapan orang asing. Jika kita bilang Indonesia itu damai,mereka akan bertanya, mengapa di Medan ada bom? Jika kita bilang ekonomi Indonesia itu bagus, mereka akan bilang mengapa masih ada orang miskin di Indonesia? Jika kita bilang infrastruktur Indonesia bagus, mereka akan bilang, mengapa wisata di kota Labuan Bajo dan Pulau Komodo belum dikelola dengan baik?

Inilah beberapa jawaban yang dihadapi jika kita mempresentasikan Indonesia di hadapan publik Italia. Ini yang pernah dialami oleh penulis. Tentu saja kalau kita kehabisan ide, kita bakalan kecewa bahkan kalah sebelum bertanding. Sebaliknya, jika kita cerdik dan jeli, jawaban ini menjadi menu menarik untuk diumpan balik ke hadapan publik Italia.

salah satu tarian dari Papua, di ujung ada burung Cenderawasih
salah satu tarian dari Papua, di ujung ada burung Cenderawasih
Kita bisa menaklukkan mereka dengan pertanyaan lainnya. Salah satunya dengan memutar cara berpikir mereka. Kita mesti mengatakan, Indonesia memang rumit untuk dipahami. Tetapi, kerumitan itu justru menjadi sumber inspirasi untuk menyelami Indonesia yang sesungguhnya. Maka, jika Anda atau kalian (publik Italia) mengenal atau melihat Indonesia yang berdarahkan korban pemboman atau bersarungkan infrastruktur yang buruk, itu hanya sebagian wajah Indonesia. Anggap saja wajah itu seperti wajah keriput seorang pengemis yang  bersembunyi di balik kecantikan kota Roma, Italia.

Wajah Indonesia memang tidak sebatas sebuah pulau. Jika Jakarta sering disebut dan Bali sering diingat, Indonesia mesti diperkenalkan sebagai ruang yang lebih besar dari dua tempat ini. Wajah Jakarta dan Bali meski indah sekaligus buruk tidak menampilkan Indonesia yang sebenarnya.

Tarian dari Kalimantan, Dayak
Tarian dari Kalimantan, Dayak
Demikian sebaliknya wajah hijaunya Borneo alias Pulau Kalimantan yang tinggal kenangan itu tidak menampilkan wajah Indonesia yang sebenarnya. Kekayaan budaya menguburkan manusia yang khas di Celebes alias Pulau Sulawesi juga bukanlah wajah Indonesia yang sebenarnya.

Wajah Indonesia yang sebenarnya adalah wajah Indonesia yang beraneka ragam. Maka, yang disebut di atas tadi hanyalah wajah sebagian dari Indonesia. Wajah-wajah itu memang membangun wajah Indonesia yang sebenarnya. Namun, wajah itu saja belum cukup. Mesti menampilkan wajah Indonesia lainnya.

Wajah Indonesia yang beraneka ragam itulah yang coba kami tampilkan di kota Parma, Italia pada Minggu, 11 September yang lalu. Kami menampilkan wajah itu melalui tarian dan lagu-lagu khas Indonesia. Kiranya dua sarana ini, tarian dan lagu, bisa menampilkan wajah Indonesia yang beraneka ragam sekaligus rumit.

perangkat musik Gamelan
perangkat musik Gamelan
Tarian dan lagu-lagi itu memang mewakili beberapa daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Lagu Yamko Rambe Yamkomisalnya mewakili Indonesia bagian Timur. Bukan hanya itu, ada juga tarian khas dari Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan Sumatera (Tari Piring, Tari Topeng, Tari Burung, Tari Cenderawasih). Dengan balutan pakaian bergaya para dalang khas Jawa juga ditampilkan beberapa lagu dan tarian dari daerah Jawa. Tak ketinggalan beberapa tarian dan lagu dari Bali.
Musik Gamelan
Musik Gamelan
Tari dan lagu itu dilengkapi dengan alat musik seperti angklung, gendang, gong, dan gamelan. Ini menambah suasana Indonesia yang beraneka ragam itu. Tak heran jika publik kota Parma pun mengangguk-anggukkan kepala melihat keragaman ini. Belum lagi tampilan para penari dengan berbagai jenis pakaian adat Indonesia. Dari tampilan ini saja sudah ada kesan bahwa Indonesia memang kaya dengan alat musik, tarian tradisional, budaya, dan kekayaan budaya lainnya.

Penggagas acara bertajuk Viaggio in Indonesia(berpetualang ke Indonesia) ini adalah komunitas Indonesia di kota Parma dan sekitarnya. Komunitas ini dikenal dengan sebutan Asosiasi Rela Hati. Inisiator utama asosiasi ini adalah Ibu Ina Wahyuningsih asal Jawa Timur yang sudah lama menetap di kota Parma, Italia.

Alat musik Angklung
Alat musik Angklung
Gagasan dari orang Indonesia di kota Parma kiranya tidak lengkap tanpa bantuan teman-teman dari Indonesia. Mbak Ina, demikian kami menyapa sang inisiator, mengundang sekelompok penari dari Jakarta. Kelompok ini sering diundang ke Italia dalam beberapa tahun terakhir ini. Undangan ini tidak lain karena jasa Mbak Ina.

Jawaban dari Indonesia pun menyenangkan. Hadir sekitar 20-an orang. Sebagian besarnya adalah anak-anak usia SMP dan SMA. Hadir juga guru menari dan menyanyi sekitar 2-3 orang. Kelompok ini adalah Sanggar Talentalegra dari Jakarta. Melihat wajah mereka yang segar, ganteng, dan cantik tentunya, penulis merasa bangga. Inilah Indonesiaku.

Memainkan alat musik Angklung dengan irama lagu Italia, bella ciao
Memainkan alat musik Angklung dengan irama lagu Italia, bella ciao
Kehadiran mereka menyemarakkan acara lo spettacolo indonesiano di kota Parma ini. Acara ini memang sengaja kami buat. Bukan sekadar mendatangkan orang Indonesia ke kota Parma, Italia. Tetapi juga sebaliknya membawa orang Italia menghayal jauh ke Indonesia. Kelak, suatu saat dia akan benar-benar ke Indonesia.

Kami sendiri, orang Indonesia di kota Parma, dan sekitarnya merasa bangga. Bangga karena kami bisa bertemu dan berkumpul untuk menyukseskan acara ini. Bangga karena pada saat yang sama tumbuh rasa nasionalisme. Rasa-rasanya seperti berada di Indonesia meski kami tahu dan rasakan juga, melalui makanan yang kami santap, kami sedang berada di Indonesia dan Italia.

Dubes Indonesia untuk Vatikan Bapak Antonius Agus
Dubes Indonesia untuk Vatikan Bapak Antonius Agus
Makanan yang kami santap berdwi rasa: Indonesia dan Italia. Ada nasi putih dan kuning, tahu, tempe, sate ayam, ikan kuah, tetapi juga ada pasta dan spaghetti plus krupuk yang riuk-riuk. Ini semua ada karena penikmat acara ini adalah orang Indonesia dan Italia. Mereka datang dari berbagai kota di Italia seperti Brescia, Milano, Fidenza, Modena, Reggio Emilia, Piacenza, dan sebagainya.

Bapak Dubes Indonesia untuk Italia Bapak August Paregkuan
Bapak Dubes Indonesia untuk Italia Bapak August Paregkuan
Kami juga merasa bangga sekali karena acara ini didukung penuh oleh Pemerintah Indonesia di Italia yakni Dua Duta Besar Indonesia untuk Italia dan Vatikan, Bapak August Parengkuan dan Bapak Antonius Agus Sriyono. Mereka datang dari kota Roma yang jaraknya 500-an km dari kota Parma.

Dua Bapak Dubes Indonesia bersama sebagian hadirin yang berjumlah sekitar 100-an orang
Dua Bapak Dubes Indonesia bersama sebagian hadirin yang berjumlah sekitar 100-an orang
Bapak August dalam kata sambutannya mengharapkan agar pertunjukkan lagu dan tari ini mampu mempererat pertemuan antara dua bangsa. “Kontak person to person itu penting,” katanya.

Harapan senada juga diberikan oleh Bapak Antonius yang menyampaikan sambutan singkat dalam bahasa Italia yang bagus. Bapak Antonius belum lama menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Vatikan tetapi sudah berani menyampaikan sambutan dalam bahasa Italia. Ini kiranya wujud nyata dari kontak person to person seperti yang diungkapkan Bapak August P sebelumnya.

Ibu Laura Ferraris dari Dinas Kebudayaan Kota Parma
Ibu Laura Ferraris dari Dinas Kebudayaan Kota Parma
Dari pihak kota Parma, Ibu Laura Ferraris menyampaikan apresiasi positifnya kepada Mbak Ina dan kru dari Asosiasi Rela Hati atas inisiatif ini. Demikianlah cara kami menampilkan wajah Indonesia di hadapan publik Italia. Tampilan ini mirip dengan kata-kata dalam iklan dari acara ini,

“Kami datang dari jauh untuk membawa keharuman tanah air kami melalui tarian dan musik”.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan. Salam hangat dari kota Parma.

PRM, 18/9/2016
Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun