Meski usianya pendek, kecantikannya bertahan lama. Inilah gambaran kehidupan bunga-bunga indah di Benua Eropa.
Saya mula-mula penasaran dengan siklus hidup bunga di sekitar lingkungan kami. Rasa-rasanya ada banyak aneh. Tetapi, saya tidak langsung mengatakan itu di depan publik. Saya biarkan keanehan itu menjadi milik saya sendiri sambil bertanya dan terus bertanya, mengapa.
Orang bilang, kalau mau melihat keindahan alam Eropa, datanglah saat musim semi. Ada benarnya juga. Alam Eropa saat itu baru saja mengusap wajah musim dinginnya. Dia seperti gadis cantik yang terbangun karena sinar mentari masuk di jendela kamarnya, menyinari seisi tempat tidurnya.
Pemadangan ini akan lenyap seketika saat musim semi berakhir. Bak hutan Sumatera yang terbakar, pemandangan ini seketika menjadi layu karena terbakar matahari di musim panas. Daun yang tadinya berbunga pun menjadi layu. Dari daun muda menjadi daun tua, kuning, dan akan jatuh pada musim gugur nanti.
Beberapa sahabat saya termasuk dalam kelompok ini. Mereka memang termasuk perawat taman di lingkungan rumah kami. Sejak akhir musim semi, mereka sudah menyiapkan anggaran untuk membeli bunga di musim panas. Bunga-bunga itu langsung ditanam di taman. Pelan-pelan akan tumbuh, diberi pupuk, lalu di musim panas akan menjadi keindahan yang tiada tara. Mata setiap orang yang lewat akan berhenti sejenak memandang kecantikannya.
Rasa-rasanya hukum alam di sini berlaku juga. Seperti kecantikan berbau kosmetik yang berusia pendek, kecantikan bunga ini juga tidak berbeda. Bunga indah ini akan mati dengan sendirinya saat alam Eropa masuk musim gugur dan kemudian kembali ke musim dingin.
Meski berumur pendek, bunga itu sungguh memberi jejak keindahan yang sulit dilupakan. Di daerah pegunungan saja, kecantikan bunga itu menjadi penghias rumah. Rumah tanpa bunga ibarat rumah tak berpenghuni. Balkon rumah tak berjendela ibarat hotel tak bertamu.
Goresan di kala senggang setelah mengalami beberapa kali pergantian musim sekaligus mengamati siklus kehidupan bunga-bunga alam di Benua Dingin ini.
PRM, 31/8/2016
Gordi
*Foto lain menyusul berhubung selalu gagal tiga kali edit untuk masukkan foto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H