Orang Italia masih berhati sedih karena gempa. Mereka menangis, merasa kehilangan, tak berdaya, putus asa, dan sebagainya. Masih sulit membalikkan suasana hati ini menjadi hati yang selalu berharap.
Di tengah ketiadaan harapan itu, Pendiri FacebookMark Zuckerberg datang membawa harapan untuk Italia. Di kota Roma, Mark bersama sang istri Priscilla Chan bertemu dengan Paus Fransiskus dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzipada Senin, 29 Agustus kemarin. Bukan saja dengan mereka, Mark juga bertemu para mahasiswa/i di Universitas Luiss di kota Roma. Selain Roma, Mark juga berkunjung ke beberapa kota lainnya di bagian Utara Italia.
Menarik menyimak kedatangan Mark bersama istri di Italia. Kesan awal yang muncul adalah kedatangan mereka memang tepat pada waktunya. Boleh juga menyentil dengan pertanyaan nakal, Andai Italia tidak dilanda gempa, apakah mereka akan ke Italia?Pertanyaan ini kiranya bisa dijawab dari cara Mark mengomunikasikan ide-idenya dalam beberapa pertemuan dengan para pemimpin dan para mahasiswa di Italia.
Sejak awal, Mark mengatakan bahwa hatinya ada di Italia. Hati itu begitu dekat lagi saat orang Italia dilanda gempa. Hatinya menyatu dengan hati puluhan juta orang Italia yang sedang sedih.
Hati Mark yang berwajah Italia ini memang bukan asal-asalan. Kepada mahasiswa di Universitas Luiss-Roma, ia berguyon, saya mencoba belajar bahasa Prancis dan Spanyol. Saya bisa mempelajarinya dengan baik. Tetapi, pengucapan saya buruk sekali. Saya memutuskan untuk tidak meneruskan mempelajarinya. Saya akhirnya belajar bahasa Latinkarena tidak perlu mengucapkannya.
Dari bahasa Latin inilah, Mark mempelajari sejarah Italia. Sejarah Kerajaan Romawi dilahapnya dari banyak buku dan literatur. Dengan kesaksian ini, Mark sebenarnya ingin menyemangati para orang muda untuk tidak abai dengan sejarah. Sejarah mesti dipelajari dengan baik.
Tentang dana ini, Mark berkata kepada para mahasiswa di Roma, dana ini disumbangkan melalui Palang Merah Italia karena PMI ini yang paling sibuk bekerja dalam hari-hari ini. Dana ini kiranya bisa membantu memperlancar beberapa kegiatan misalnya proses donor darah, bantuan obat-obatan untuk para korban, bantuan makanan untuk para relawan, dan sebagainya.
Bagi Mark, kedatangannya kali ini sungguh berkesan. Kesan yang paling dalam adalah ketika bertemu Paus Fransiskus di Vatikan. Saat itu, mereka berbicara selama lebih kurang 25 menit. Juru bicara Kantor Berita Vatikan Greg Burke mengatakan bahwa dalam pertemuan ini mereka membicarakan soal komunikasi, pertemuan, budaya, dan kemiskinan.
โMereka membicarakan tentang bagaimana menggunakan teknologi komunikasi untuk meringankan beban orang miskin, menghidupkan budaya bertemu dan tegur sapa, dan membawa pesan bernada harapan untuk orang-orang yang selalu gelisah dan kehilangan harapanโ, demikian penjelasan George Burke.
Mark sendiri mengatakan kepada para jurnalis tentang pertemuan ini. Katanya, โSaya dan Istri saya Priscilla merasa terhormat bertemu Paus Fransiskus di Vatikan. Kami mengatakan pada Paus bahwa kami kagum dengan pesan belas kasih (misericordia) dan kelemahlembutannnya (tenerezza). Juga dengan cara dia berkomunikasi dengan setiap orang yang bertemu dengannya dari semua agama di seluruh dunia.โ