Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Italia: Giulia, Mama Mencintaimu

27 Agustus 2016   05:24 Diperbarui: 27 Agustus 2016   08:26 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan puing bangunan di tempat gempa, FOTO: avvenire.it

Kematian itu datang tiba-tiba saja. Tidak terduga sama sekali. Kematian seperti inilah yang terjadi saat gempa-gempa di Italia hari-hari ini.

Ada yang mati di puing-puing bangunan, di jalanan, di rumah sakit, di tangan para relawan, dan sebagainya. Sungguh sedih melihat videonya dan membaca beritanya. Pernyataan retoris pun muncul, andai kematian bisa diprediksi. Pernyataan ini tidak ditanggapi oleh seorang pun termasuk oleh mereka, para relawan. Jawabannya jelas, tidak bisa diprediksi.

Pernyataan ini juga muncul dalam benak seorang ibu yang anaknya meninggal setelah selamat dari puing-puing bangunan. Anaknya terkurung selama 16 jam di bawah puing bangunan. Tim pencari menemukannya. Mereka senang karena anak ini masih hidup. Segera dilarikan ke rumah sakit. Mamanya berhasil bertemu dengannya di rumah sakit.

Kesenangan ini rupanya cepat berakhir. Anak ini meninggal dalam masa perawatan. Mamanya amat sedih melihat anaknya pergi begitu saja. Kesenangannya pun berubah menjadi kesedihan. Dalam kesedihan, mamanya berusaha berkomunikasi dengan anaknya. Dia tahu, anaknya yang bernama Giulia ini tidak bernyawa lagi tetapi dia tetap ingin berkomunikasi dengannya. Mamanya pun menulis kalimat yang amat sedih di depan jenazahnya, โ€œCiao, mamma ti ama.โ€(Hai, mama mencintaimu).

Seorang Ibu di kota Amatrice duduk di atas puing-puing bangunan, FOTO: avvenire.it
Seorang Ibu di kota Amatrice duduk di atas puing-puing bangunan, FOTO: avvenire.it
Kalimat ini adalah bentuk cinta seorang ibu terhadap anaknya. Cinta itu begitu kuat sehingga gempa bumi yang memisahkan mereka pun tetap tidak mampu menghalanginya. Cinta memang begitu kuat apalagi cinta seorang ibu terhadap anaknya. Cinta itu begitu nyata hari-hari ini dalam diri para keluarga korban gempa.

Para korban sedikit terhibur dengan kehadiran para relawan dari berbagai kelompok. Pemerintah dan warga Italia dalam hal ini cukup kompeten. Ketika di kota Amatrice terindikasi terlalu banyak relawan dibandingkan dengan beberapa kota lainnya, kepala relawan segera mengomunikasikan kepada semua relawan. Mereka pun berbagi dan menyebar ke beberapa kota lainnya.

Usaha para relawan begitu besar. Mereka terus bekerja siang dan malam. Saat ini gempa susulan terus terjadi. Masyarakat pun khawatir dan takut. Gedung-gedung di kota Amatrice, Accumoli, dan Arquata terus runtuh. Ada banyak bangunan baru yang tumbang. Saat tulisan ini dibuat, gempa susulan pun terhitung 1120 kali.

Kantor Pusat Pemantau Meteorologi Italia dalam situsnya www.centrometeoitaliano.it terus membarui informasi seputar gempa. Hari Jumat kemarin misalnya terjadi gempa dengan kekuatan 4,8 SR pada pukul 06.28. Berikutnya, sepanjang hari, terjadi banyak gempa susulan lainnya. Kekuatan gempa menurun dan tercatat yang terkecil 2,8 SR. Angka ini diharapkan akan terus menurun. Situs itu menayangkan juga prediksi gempa susulan lainnya. Boleh jadi kekuatannya berubah menjadi besar semula.

Lokasi gempa pada Jumat 26 Agustus, FOTO: centrometeoitaliano.it
Lokasi gempa pada Jumat 26 Agustus, FOTO: centrometeoitaliano.it
Sementara itu, jumlah korban meninggal meningkat. Sampai Jumat malam tercatat 281 korban. Dari jumlah ini, sebanyak 221 dari kota Amatrice, 49 di kota Arquata dan 11 di kota Accumoli.

Di rumah sakit di 3 provinsi Lazio, Umbria, dan Marche masih dalam perawatan sebanyak 388 orang. Jumlah ini akan meningkat seiring dengan pencarian yang terus dilakukan di kota-kota yang terjadi gempa.

Para korban rupanya bukan hanya orang Italia. Ada juga warga asing lainnya. Menteri Luar Negeri Romania mengonfirmasikan bahwa warga mereka yang meninggal sebanyak 6 orang, yang hilang 17 orang. Boleh jadi akan ditemukan saat pencarian di hari-hari ini. Warga Romania memang banyak yang bekerja di Italia. Di lokasi gempa ini sajaโ€”menurut Menteri Luar Negeri Romaniaโ€”tercatat sekitar 8.000-an orang. Angka ini besar sekali.

Italia memang banyak menampung kaum imigran. Mereka tersebar di berbagai kota. Hari-hari ini, kaum imigran juga merasa ikut ambil bagian dalam pencarian korban. Misalnya ada kelompok imigran dari kota Taranto, Italia Selatan, yang datang ke Amatrice untuk ikut dalam tim relawan pencari korban. Ini menandakan bahwa kaum imigran juga ikut merasa โ€˜memilikiโ€™ terhadap bangsa Italia.

Kelompok Relawan-Imigran. FOTO: avvenire.it
Kelompok Relawan-Imigran. FOTO: avvenire.it
Seorang jurnalis menulis komentar di harian Avvenire bahwa, dalam situasi kritis seperti ini, tidak perlu ada pembedaan, milik kalian dan milik kami. Yang ada hanya milik kita. Dia menegaskan bahwa Italia adalah milik kita semua. Milik penghuninya, tanpa sekat embel-embel bendera asing dan bendera Italia. Pesannya jelas, semua dalam satu bendera saja yakni bendera kita semua lebih khususnya lagi bendera kesedihan.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, kaum imigran ini datang meminta perlindungan kepada Italia. Sekarang, mereka memberi bantuan kepada Italia. Jadi, ada relasi timbal balik di sini. Beruntunglah Italia yang menerima dan memberi perlindungan kepada banyak imigran.

Mari kita terus mendukung upaya para relawan. Kalau bisa, mari kita dukung juga secara spiritual para korban khususnya dan warga Italia umumnya. Pemerintah Italia sudah menetapkan bahwa hari ini, Sabtu 27 Agustus sebagai Hari Berkabung Nasional. Peringatan ini bertepatan dengan Misa Requiem untuk para korban dari Provinsi Marche yang akan dilaksanakan di kota Ascoli-Piceno, Provinsi Marche.

Dua relawan dari pasukan khusus Italia dengan anjing pelacak untuk mencari korban di puing-puing bangunan, FOTO: avvenire.it
Dua relawan dari pasukan khusus Italia dengan anjing pelacak untuk mencari korban di puing-puing bangunan, FOTO: avvenire.it
Di kota lainnya ada juga Misa Requiem seturut ketentuan para pemangku jabatan di sana. Di kota Amtrice misalnya, Misa Requiem direncanakan dibuat pada Rabu 31 Agustus mendatang. Hal ini dikonfirmasi oleh Uskup sebagai pemimpin Gereja Katolik setempat dan juga oleh Pihak Wali Kota.

Teriring rasa duka mendalam kami dari Italia, Salam hangat.

PRM, 27/8/2016

Gordi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun