Di wilayah Turki, Samin berhenti berbulan-bulan. Selama itu, dia juga terus bergerak melewati banyak daerah di Turki. Kadang-kadang dia membuat beberapa usaha kecil agar ia memperoleh uang. Tanpa uang, perjalanannya tidak akan berhasil.
Samin memang beruntung karena dia mempunyai keahlian dalam bidang jahit menjahit pakaian. Di negerinya, Afganstan, keahlian ini menjadi salah satu unggulan. Kata Samin, di negerinya setiap mama akan menyuruh anaknya untuk belajar satu keahlian langsung di pusatnya.Seperti keahlian menjahit yang ia miliki saat ini. Ia peroleh dari pamannya yang memiliki toko jahit. Keahlian ini rupanya bermanfaat bagi masa depan Samin. Benar yang dikatakan para mama di Afganistan, kegiatan ini akan bermanfaat bagi masa depan anak-anak.
Perjalanan Samin sempat terhenti di Pelabuhan Patrasso, Yunani. Usaha kecil yang ia buat di beberapa kota di wilayah Turki rupanya menjadi bekal perjalanannya sampai di Yunani. Perjalanan ini memang tidak begitu bermasalah bagi Samin. Yunani meski pun jauh, berbatasan langsung dengan Turki. Tinggal melangkah melewati Lautan Aegean yang berada di antara dua negara ini.
Di Yunani, Samin harus berhenti 40 hari. Waktu yang tidak sedikit. Lebih dari sebulan. Padahal, jika tidak berhenti, ia bisa sampai di Italia. Atau jika ia bisa memprediksi waktu ini, dia bisa melanjutkan usahanya dlaam bidang menjahit pakaian. Apa boleh buat dia harus rela berhenti di pelabuhan ini.
Untuk sampai Italia memang tidak mudah. Banyak pemeriksaan yang dibuat. Italia tidak menerima begitu pengungsi yang masuk dari Yunani. Bahkan, sebelum masuk Italia pun, di Yunani sendiri sudah ada pemeriksaan. Samin terpaksa diberhentikan karena harus ikut dalam pemeriksaan yang ketat ini. Di sini rupanya ada kelompok yang membawa narkoba dan sejenisnya. Mau tidak mau, Samin juga harus diperiksa meski ia tidak membawa barang haram ini.
Setelah 40 hari di Pelabuhan Patrasso, Yunani, Samin akhirnya berlabuh menuju Italia. Dia mendarat di kota Venezia. Samin seolah-olah mengalami keberuntungan sama seperti saat dia di Turki. Di Venezia, Samin luput dari pemeriksaan ketat sang polisi Italia. Di tangannya hanya ada sebotol acqua, satu buah balpoin dan sebuah pemantik api.
Tiga benda ini kiranya tidak berhubungan dengan perjalanannya tetapi anehnya menjadi selamat. Entah polisi melihat benda ini seperti benda yang dimiliki juga oleh pelancong Italia sendiri di kota Italia. Misalnya pemantik untuk merokok dan acqua untuk minum.
Samin memang butuh air juga. Untuk sesaat, dia terpanan dan tanpa berkata-kata karena kagumnya melihat keindahan kota Venezia.
โSaya diam terpana melihat keindahan ini,โkata Samin dalam bahasa Italia meniru ucapannya saat itu kepada koran La Repubblica.
Venezia memang indah di mata Samin. Keindahannya membuat Samin berhenti sejenak. Dia pun menjadi haus di kota di atas air ini. Sayangnya, dia tidak bisa mengambil air. Dia tidak punya uang untuk membeli air. Akhirnya, dia dibantu oleh para turis untuk membelikan air dari mesin yang menjual banyak minuman. Mesin ini, kata Samin lagi, tidak ada di Afganistan sana.
Samin tidak berhenti di sini. Tujuan akhirnya adalah Roma. Dan, dengan kereta api, dia menyusuri Italia dari Utara (Venezia) ke arah Utara sampai di Italia Tengah (Roma).