Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masakan Indonesia Tampil dalam Festival Multikultural Kota Parma, Italia

4 Agustus 2016   15:17 Diperbarui: 4 Agustus 2016   17:07 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pengunjung membludak di berbagai stand kuliner

Pemerintah kota Parma punya inisiatif untuk membuat Festival Multikultural atau sering disebut festa multuculturale. Festival ini diadakan setiap tahun. Tahun 2016 ini menjadi amat istimewa karena untuk kali ke-20. Jadi, umur festival ini sekarang menjadi 20 tahun.

Festival ini diisi dengan berbagai kegiatan baik dari segi budaya maupun non budaya. Ada kegiatan berupa permainan edukatif untuk anak-anak. Acara hiburan seperti konser musik dengan band-band dari kota Parma dan sekitarnya, band berlevel nasional di Italia sampai klub musik dari luar negeri.

Ada juga klub band yang mengusung tema musik khas satu negara. Misalnya dari Burundi, Afrika, menampilkan pertunjukkan bermain tamburo. Alat musik tamburo dimainkan dengan cara memukul dengan dua buah tongkat kecil. Seperti memukul dram atau gendang.

Acara hiburan lainnya adalah hiburan yang berbau komunikasi dan seni. Misalnya menonton film tentang perjalanan ke luar Italia, ke gunung-gunung tertinggi di Asia, atau juga film tentang perjalanan sejarah sebuah bangsa di luar Italia. Biasanya satu negara dari Asia, Afrika atau Amerika.

pengunjung membludak di berbagai stand kuliner
pengunjung membludak di berbagai stand kuliner
Dari bidang seni ada presentasi tentang foto dan kegiatan jurnalistik. Ini juga tidak kalah menarik mengingat banyak penggemar dunia fotografi di kota Parma. Sekaligus mengembara ke negeri asing melalui gambar-gambar hasil jepretan para fotografer kota Parma dan sekitarnya.

Di antara sekian acara yang ditampilkan, acara yang paling seru adalah kuliner. Ke mana pun Anda ikut dalam berbagai seni yang ditampilkan, Anda akan kembali ke acara kuliner. Anda lapar maka Anda akan masuk ke ruang kuliner. Karena serunya, ada pengunjung yang datang hanya untuk mengunjungi ruang kuliner ini. Jadi, acara lainnya dia abaikan.

Acara festival multikultural ini biasanya diadakan pada akhir Juni sampai awal Juli setiap tahunnya. Waktu yang tepat yakni pada awal musim panas. Sebelum penduduk kota Parma pergi belibur ke luar negeri. Tahun 2016 ini acaranya diadakan pada 24-26 Juni dan 1-3 Juli.

Acara ini memang diadakan hanya pada akhir pekan, dari Jumat sampai Minggu. Biasanya 2 minggu berturut-turut. Dari pukul 19.00 sampai pukul 23.00.

kerupuk disukai oleh warga Parma
kerupuk disukai oleh warga Parma
Belasan bahkan puluhan negara ikut ambil bagian dalam acara festival multikultural ini. Acara ini memang digagas untuk mendekatkan warga asing dengan warga kota Parma.Pendekatan ini bukan saja sebatas fisik atau ruang lingkup kerja. Acara ini justru menyentuh sisi kehidupan warga seperti budaya.Itulah sebabnya tema kuliner ini menjadi bagian besar di antara beberapa tema lainnya.

Kota Parma yang pernah menjadi ibu kota bidang pangan untuk benua Eropa tentu menaruh perhatian besar pada bidang budaya dan kuliner. Maka, festival yang menampilkan kuliner dari berbagai negara ini juga menjadi ajang promosi kuliner. Lidah orang Parma ingin merasakan racikan berbagai negara dalam festival ini.

Indonesia beruntung bisa menjadi salah satu peserta yang hampir setiap tahun ikut ambil bagian. Nama Indonesia dan masakan Indonesia pun menjadi terkenal di kalangan warga kota Parma dan sekitarnya. Ini tidak terlepas dari peran salah satu warga senior orang Indonesia di kota Parma.

Mbak Inan duduk sebelah kanan berbincang-bincang saat acara usai
Mbak Inan duduk sebelah kanan berbincang-bincang saat acara usai
Dia adalah Mbak Ina asal Jawa Timur Indonesia. Dialah yang menjadi koordinator di kalangan warga Indonesia untuk ikut dalam acara ini. Saya bersyukur pernah diundang dan ikut ambil bagian dalam acara ini. Sedikit jadi tahu seluk beluk acara yang menjadi primadona warga kota Parma setiap tahunnya ini.

Rupanya bukan saja menarik, tetapi juga menantang. Kalau ikut dalam acara makan-makannya saja boleh dibilang menarik. Sisi ini saja yang bisa dilihat. Padahal, di belakangnya ada sisi yang menantang. Sisi ini muncul saat masa persiapannya.

Mulai dari menyiapkan bahan masakannya, memasak, dan mempersembahkan kepada para tamu. Dari hal kecil seperti menggoreng kerupuk, mengiris wortel, membalikkan sate, dan sebagainya. Sampai pada tersenyum-ramah saat bertanya tentang jenis makanan pada tamu.

Anda tersenyum dan ramah saja, itu sudah jadi bahan penilaian bagi tamu yang datang. Orang Asia biasanya ramah dan murah senyum dan warga Parma biasanya suka lihat yang itu dalam acara ini. Kami mencoba untuk menampilkan itu. Sehingga, bendera Indonesia tidak sekadar tampil di atas panggung Indonesia tetapi mencoba memberi kekhasan tersendiri. Kekhasan yang berbeda dari negara Asia dan negara-negara peserta lainnya.

Setiap tahun memang pesertanya banyak. Tahun 2016 ini tercatat ada 27 negara yang bepartisipasi. Tahun 2014 yang lalu beberapa negara Asia termasuk Indonesia tampil seperti Filipina, India, Vietnam, Pakistan, Israel, Srilangka, Turki (!) khususnya menu kebab dari suku Kurdi.

Selain Asia ada juga dari Amerika Latin seperti Peru yang stand-nya dekat dengan Indonesia. Dari Afrika seperti Senegal, Gana, Etiopia, Sudan, Kostarika, Maroko, dan sebagainya.

Acara ini menjadi acara internasional. Tujuannya memang mendekatkan hubungan internasional seperti ini. Penyelenggara festival ini yakni Forum Solidaritas (Forum Solidarietà) mau menjunjung tema ini. Bersama beberapa pemerintah kota madya di Parma dan sekitarnya, forum ini menegaskan bahwa diperlukan acara budaya seperti ini untuk meruntuhkan tembok pembatas yang memisahkan dan mengotak-ngotakkan manusia dari berbagai negara.

masakan Indonesia rupanya menjadi pilihan favorit
masakan Indonesia rupanya menjadi pilihan favorit
Acara ini dibuat semeriah mungkin. Visinya sederhana saja. Warga puas dengan tampilan berbagai acara yang ada. Itulah sebabnya tiketnya pun tidak mahal. Hanya dengan 10-15 euro, Anda bisa keliling ke berbagai tema acara yang ada. Dengan uang itu, Anda memegang kupon.

Kupon itu menjadi alat tukar di berbagai ruang acara. Kupon itu akhirnya masuk ke pengelola acara. Dari situ, kita bisa tahu, berapa jumlah pengunjung yang datang melihat acara dan menikmati menu kuliner kita.

Semuanya di bawah koordinasi tim khusus dari pemerintah kota madya Parma. Tim ini yang memfasilitasi peserta festival. Bagusnya, di sini karena tim ini benar-benar menjadi penyelenggara. Mereka menyediakan sarana seperti tungku api, kulkas untuk penyimpanan makanan, dan berbagai sarana lainnya.

Mereka juga akan mencek kadar setiap makanan. Jadi, tim ini rupanya dilengkapi dengan tim kesehatan. Ini untuk menghindari kalau ada jenis makanan yang terindikasi beracun. Semua jenis makanan memang disediakan oleh tim. Peserta tinggal membuat daftar menu. Jadi, jangan khawatir soal kadar kebersihan dan kesehatannya.

antrian panjang nan rapi
antrian panjang nan rapi
Indonesia saat itu menyediakan menu nasi goreng, kerupuk, nasi putih, sate ayam, ayam goreng, ayam panggang, dan racikan berbagai menu lainnya seperti beberapa jenis sayur, merica, tomat, telur, bawang merah, dan juga minuman khas Indonesia seperti minuman jahe manis atau temulawak.

Semua makanan ini habis, laris manis. Indonesia adalah negara kedua yang menunya habis sebelum acara selesai. Negara pertama diraih oleh Israel. Indonesia memang hanya menyediakan menu untuk 350 orang.

Rupanya peminat lebih dari angka ini. Bahkan, untuk makanan sendiri saat acara selesai, kami minta beberapa menu di teman-teman India. Menu yang kami siapkan sejak pagi hari rupanya habis. Bahkan, kotak kerupuk pun sampai kosong. Kerupuk itu rupanya disukai oleh orang Italia.

Kami senang dan puas karena usaha kami dari pagi sampai malam berhasil. Usaha yang berat tentunya. Tetapi, seperti kata pepatah, seberat apa pun, jika dikerjakan bersama, akan bisa mencapai garis akhir. Dan, acara ini bukan saja sampai garis akhir tetapi sampai pada garis akhir kepuasan.

Indonesia di dadaku, merah putih di hatiku. Kami memang memakai seragam merah putih dalam acara ini. Seirama dengan warna bendera kita yang kami pasang di bagian masuk para tamu. Di luar warna ini ada pakaian koki khusus khas pemasak. Ada topi, sarung tangan, dan sepatu.

Kru koki indonesiani minus ketua kru Mbak Ina
Kru koki indonesiani minus ketua kru Mbak Ina
Inilah pengalaman ikut ambil bagian menjadi peserta dalam festival multikultural kota Parma. Terima kasih untuk Mbak Ina yang mengikutsertakan kami dalam acara ini. Pengalaman yang menjadi memori tak terlupakan dalam hidup.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 4/8/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun