Sahabat saya, Maurizio, mengantar kami ke stasiun. Setelah 15 menit dalam mobil FIAT-PUNTO itu, kami masuk stasiun kota Parma, menuju ke tempat stempel tiket model elektronik, lalu naik ke binario(nomor jalur kereta dalam stasiun).
Kami tiba 15 menit sebelum kedatangan kereta. Waktu ini amat berharga meski pendek. Dalam perjalanan jauh, waktu pendek pun menjadi amat berharga. Maka, saya mengecek kembali perlengkapan perjalanan. Tiket, peta jalur kereta yang sudah saya print tadi pagi, aqua biar tidak repot beli di stasiun berikutnya, mp3 player biar tidak ngantuk, dan sebagainya.
Mp3 player tidak saya nyalakan. Tidak ada gunanya. Saya malah tertidur setelah stasiun ketiga yakni Stasiun kota Bologna. Dari sini saya tidur  sampai menjelang tempat tujuan kami.
Saya tidak ingat kapan naik dan turunya. Saat membuka mata beberapa kali di hadapan saya duduk seorang remaja cowok Italia, lalu berikutnya ganti, remaja cowok Jepang, lalu terakhir duduk gadis manis Italia. Tidak ingat persis naik-turunnya karena saya bangun hanya sebentar saja.
Untungnya lagi tidak ada pengecekan tiket. Entah mungkin ada atau tidak. Entah teman saya yang memberitahukan kepada petugas kalau saya memang punya tiket. Tidak jelas. Semuanya berjalan lancar tanpa ada halangan.
Di beberapa stasiun besar dan ramai memang saya bangun sebentar untuk melihat-lihat stasiun dan juga mengecek keberadaan koper saya. Aman-aman saja rupanya. Teman saya meletakkan koper saya di belakang kursi. Ada lowongan kecil antara kursi yang mengarah ke belakang dan ke depan.
Di gerbong kami ini memang tidak ada tempat untuk menyimpan koper besar. Di atas tempat duduk ada deretan kotak tapi berukuran kecil. Hanya untuk tas jalan saja. Bahkan beberapa tas besar seperti tas naik gunung dari beberapa remaja dari Inggris pun tidak muat. Jadilah mereka meletakkan tas-tas besar dan tinggi itu di depan kaki mereka.
Gerbong ini bertingkat 2. Saya sengaja memilih tingkat 2. Dari sini bisa lihat ke mana-mana dari ketinggian. Beda dengan tingkat 1 yang hanya berupa pandangan seperti di kereta biasa. Hanya saja, dari tingkat 2 ini, kita bisa merasakan pergantian posisi kereta, saat miring dan berbelok. Di tingkat 1, ini tidak terasa.
Dalam stasiun, kereta ini biasanya seperti bus di Italia pada umumnya, memiringkan gerbongnya agar penumpang mudah masuk dan keluar. Gerakannya ini dibantu dengan entah karet pegas dalam gerbong. Kapten kereta seperti sopir bus menekan tombol dan langsung keluar bunyi busssss lalu gerbong kereta miring sampai pintunya rata dengan tempat pijakan kaki penumpang di stasiun.
Pemandangan inilah yang kami rasakan juga saat kereta berhenti di Stasiun kota Rimini. Di sini banyak penumpang yang datang dari Piacenza, Parma, Regio Emilia, Modena, Bologna, dan beberapa stasiun lainnya, turun. Tujuan mereka rupanya kota Rimini.