Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menari-nari di Atas Laut Adriatico, Italia

22 Juli 2016   17:17 Diperbarui: 22 Juli 2016   17:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rel kereta di pinggir laut

Kota Rimini adalah kota kecil tetapi ketenarannya juga mendunia. Beberapa sahabat Italia pernah bilang, Rimini adalah kota dengan jumlah bar dan diskotik internasional terbanyak di Italia. Di sini memang banyak tamu mancanegara. Hotel-hotel dan restoran selalu ramai oleh tamu mancanegara. Pengakuan seperti ini juga saya dengar dari seorang kenalan saya orang Indonesia, Bali, dua tahun lalu saat kami bertemu di Parma.

pemandangan laut adriatico
pemandangan laut adriatico
Kenalan ini sudah puluhan tahun tinggal di Bali. Rupanya dia datang sebagai pekerja di salah satu hotel. Menikah dengan orang Italia dan akhirnya punya hotel sendiri. Jadilah dia pengelola hotel itu. Kapan-kapan kalau mampir di Rimini boleh kontak kenalan ini.

Saat penumpang turun, kereta terasa lenggang. Dalam gerbong kami, hanya tersisa sekitar kurang dari 20-an penumpang. Di sini, saya bangun dan bercerita dengan seorang ibu muda Italia. Dia rupanya menuju kota Ancona seperti tujuan kami.

Saya bertanya tentang kota Rimini. Katanya, Rimini memang selalu ramai. Dia yang sering melintas di sini dengan kereta regional ini juga mengakui kalau pada akhir pekan seperti ini banyak orang pergi ke pantai Rimini. Apalagi, sambungnya, liburan musim panas seperti ini.

Dari dia juga kami tahu kalau jalur ini memang ramai tetapi tetap aman. Belum ada kasus ancaman bom bunuh diri dalam kereta atau stasiun seperti yang terjadi di Jerman, Prancis, Banglades, Turki, dan sebagainya pada hari-hari ini. Dialah yang menganjurkan pada kami untuk menyimpan koper di belakang kursi dalam awal perjalanan tadi.

Rupanya ramah juga ya ketika ditanya. Kirain tadi, agak cuek, apalagi matanya tertutup kacamata hitam. Setelah berbagi dua tiga kata (mengutip pribahasa Italia), kami pun sepakat untuk membuka kaca mata. Dialog pun menjadi lebih hangat sampai dia beberapa kali bercerita tentang anak dan suaminya. Tanpa bertanya pun, bisa disimpulkan bahwa dia memang bersuami dan punya anak satu.

Hal seperti ini kadang sulit sekali ditemukan antara orang baru kenal seperti ini. Beberapa orang Italia kadang-kadang tidak mau, tidak boleh, ditanya dan menjawab tentang status dan usia. Jadi, hati-hati jika bertanya tentang umur atau status perkawinan.

Sekitar 50 km sebelum tujuan kami, saya memutuskan untuk bangun dan tidak tidur lagi. Saya mencoba mengarahkan pandangan ke arah laut. Betapa asyiknya perjalanan ini. Betul-betul seperti kata teman saya, menari-nari di atas laut.

Di samping kereta, desiran ombak berbunyi bersama serunya bunyi gerbong kereta yang beradu dengan rel kereta. Di dalam gerbong, para penumpang siap-siap untuk turun, mengecek bawang bawaan mereka. Sesekali kereta berhenti bukan karena dihadang air laut tetapi singgah di stasiun yang letaknya tepat di pinggir laut.

di pinggir laut adriatico di kota ancona
di pinggir laut adriatico di kota ancona
Di pantai sepanjang rel dekat laut ini, terbaring banyak pengunjung dan pecinta pantai. Sedang berjemur di bawah teriknya mentari. Mencari angin dan suhu dingin. Memerahkan kulit putih nan mulus. Boleh jadi mereka ini juga tiba di sini dengan kereta ini. Ya, mereka dan kami memang sama tetapi juga beda. Mereka sedang menikmati angin laut di pantai itu. Kami masih dalam perjalanan menuju tujuan kami. Tetapi, kami sama-sama berada di pinggir laut Adriatico ini.

Tepat pukul 17.19, kereta kami berhenti di stasiun kota Ancona ini. Setelah mengecek semua bawaan, kami turun dari lantai 2, ke lantai 1, lalu keluar kereta. Berjalan sebentar dalam stasiun sambil membaca petunjuk keluar, lalu keluarlah kami dari stasiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun