Sejak cedera lutut kiri untuk pertama kalinya, Ronaldo memang sudah meneteskan air mata. Seolah-olah, dia tidak punya harapan lagi. Kehadiran teman-temannya di lapangan untuk membangkitkan semangatnya tak mampu membuatnya bangkit. Dia duduk lemas sambil meminta bantuan.
Dia pun keluar untuk sementara. Di luar, regu kesehatan memberinya semangat. Lantas, dia masuk lagi meski tidak bangkit 100%. Ronaldo memang tak beruntung. Banyak yang berkomentar, dia masuk dengan kekuatan hanya lutut kanan saja. Mengandalkan satu kaki saja memang akan sulit.
Kesulitan ini bertambah saat pemain Prancis, Payet, memberinya sekali lagi teken tepat pada lutut kiri. Ronaldo betul-betul hilang harapan. Dia mengekspresikan suasana hatinya bukan saja dengan tetesan air mata lagi. Tetapi, dia mencabut ban kapten dari lengan kirinya. Membuangnya ke lapangan, lalu menjatuhkan diri. Saat itulah dia merasa kalah. Menatap regu kesehatan dengan tatapan kekecewaan. Ronaldo pun dibawa keluar.
Portugal sampai titik ini betul-betul dinilai tak berdaya lagi. Publik pun setuju dengan penilaian ini. Harapan untuk menang telak ada pada pihak Prancis. Puyet dan kawan-kawan merasa akan dengan mudah meraih kemenagan itu. Ini yang terbaca oleh publik.
Kalau pun Prancis akan menang, hati Puyet kiranya tidak tenang. Dialah ujung tombak yang membuat permainan malam ini kurang indah. Payet menguburkan impian publik Portugal untuk melihat langsung aksi idola mereka, Ronaldo. Payet memang merasa tidak tenang. Tekelannya membuatnya tidak bisa bermain indah. Dia pun akhirnya keluar pada menit ke-56. Publik Portugal pun risau.
Pelatih Portugal Fernando Santos pun dengan tenang membimbing anak asuhnya. Nani, Pepe, Fonte, dan Sanches berusaha untuk mengimbangi permainan Prancis. Nani dan Sanches berjuang dengan sekuat tenaga. Mereka lah yang dengan tenang mengejar bola di segala lini. Depan dan belakang. Sanches dengan kemampuannya berlari kencang dan kelincahan mengocek bola, mampu merebut bola dari para pemain Prancis.
Pepe dan Fonte juga demikian. Mereka berdua berusaha bukan saja menghadang ujung tombak Prancis seperti Griezmann dan Evra, tetapi juga berusaha membuang bola ke depan. Uniknya mereka bermain tenang. Sesekali mereka mengamankan bola di wilayah bek, maju sedikit ke wilayah tenang, atau juga mengembalikan ke penjaga gawang. Inilah cara mereka bertahan.
Usaha Nani dkk pun berbuah. Mereka bisa bertahan imbang sampai babak kedua. Mereka laju ke babak berikutnya yakni 2 kali 15 menit. Di sini, ritme permainannya agak riskan. Siapa yang pertama mencetak gol, dialah yang menang. Tidak ada lobi-lobi lagi.
Dengan tenang juga, Nani dkk mampu menahan imbang laju permainan Prancis yang menguasai 55% pertandingan itu. Boleh dibilang, babak pertama dari pertambahan waktu itu berjalan mulus untuk kedua kesebelasan. Kemenangan itu kiranya muncul di babak kedua dari perpanjangan waktu ini. Hanya berharap pada keuntungan.
Dan benar yang diprediksikan. Keberuntungan, dewi fortuna, itu berpihak pada Nani dkk. Eder yang menggantikan Sanches pada menit ke-79 mampu menjebol gawang tuan rumah Prancis pada menit ke-109. Melewati dua bek Prancis, Eder maju dengan percaya diri yang tinggi. Tendangannya tak mampu dihadang oleh kiper Prancis Hugo Lloris. Bola pun masuk jala pertahan mereka. Portugal menang.