Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cicip Restoran di Pinggir Danau Cantik Molveno (2)

2 Juli 2016   06:46 Diperbarui: 2 Juli 2016   19:32 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu pemandangan di bagian luar restoran ini

Setelah 3 jam berpetualang di 3 jalan tol berbeda, kami tiba juga di tempat tujuan kami. Jarum jam menunjukkan pukul 12.30 waktu setempat. Pertanda jam makan siang.

Setelah memarkir mobil dan menurunkan barang-barang, kami menuju restoran terdekat.

Di restoran inilah, kedua sahabat kami mentraktir kami berempat yang tiba siang ini. Rasa-rasanya kurang enak juga, belum apa-apa sudah ditraktir. Padahal, tidak ada makan siang gratis. Jadi, sebenarnya memang siapa yang bekerja, dia yang berhak makan.

logo bagian depan hotel dan restoran ini
logo bagian depan hotel dan restoran ini
Kedua sahabat kami ini memang berhak untuk makan karena mereka sudah bekerja sejak pagi. Kami baru saja tiba dan hanya menyusuri tiga tol ini. Tujuan kami untuk bekerja, belum terealisasikan secara penuh.

Hotel sekaligus restoran bernama Lago Park Hotel Molveno ini letaknya tidak jauh dari rumah kami. Hanya sejengkal saja. Dipisahkan oleh jalan yang ada di tengah. Tetapi, jalan ini sama sekali tidak membuat relasi kami dengan mereka renggang. Malahan, dengan jalanan ini, relasi itu makin kuat.

Kami berenam pun menuju ke sana untuk santap siang. Sama-sama lelah. Lelah dari perjalanan dan lelah bekerja. Tetapi, sebetulnya alasan pastinya adalah jam makan siang. Tubuh kami terbiasa untuk makan pada jam sekian.

daftar menu
daftar menu
Kami mengambil tempat di luar restoran setelah mengecek ruang dalam yang kosong. Rupanya bagian luar ini jadi tempat favorit. Banyak turis yang datang dan duduk di luar.

Di luar memang pemandangannya bagus. Berhadapan dengan danau yang luas itu. Lalu, ada juga pemandangan indah ke gunung-gunung yang ada di depan mata. Rasa-rasanya kita kecil dibanding gunung dan danau ini. Memang nyatanya demikian.

Selang 5 menit, datang seorang pelayan cewek. Dia membawa daftar menu. Kami membaca daftar menu itu lalu memesan padanya. Kami sepakat untuk memesan 2 piring dari 4 piring yang tersedia. Dua piring maksudnya dua jenis makanan. Orang Italia mengenal istilah piring pertama, kedua, sampai ketiga (buah-buahan) bahkan keempat (makanan pencuci mulut seperti kue tar atau la torta). Kami memilih piring pertama dan kedua.

memandang ke danau membuat mata tak bosan
memandang ke danau membuat mata tak bosan
Piring pertama memang hanya berupa makanan ringan alias antipasti. Piring kedua bermacam-macam menu. Bisa dilihat di foto daftar menu. Kami memilih makanan khas daerah Trentino yakni speciale alla trentino in cialda di grana. Makanan ini enak sekali. Ada kacang-kacangan seperti kacang hijau. Lalu, ada juga ikan bakar yang diramu secara khas sehingga membuat perpaduan yang enak dengan kacang tadi.

Piring ketiga juga demikian, banyak menunya. Dari yang banyak ini, kami memilih dua saja. Kami bertiga memilih ikan khas danau dan tiga lainnya memilih daging dengan masakan khas Trentino. Semuanya serba khas daerah Trentino. Piring keempat berupa buah-buahan. Kami tidak mengambil piring ini karena di rumah kami ada buah. Lebih baik makan yang ada daripada harus membeli di restoran.

dari meja makan bisa memandang ke arah danau
dari meja makan bisa memandang ke arah danau
Kami menikmati pemandangan indah di pinggir danau ini sambil menunggu datangnya makanan ini. Mata saya tak jemu melihat danau dan gunung di depan mata itu. Desiran ombak kecil mampu memusatkan perhatian dan pendengaran saya. Demikian juga dengan suara turis Jerman dan Austria yang dengan susah payah menyebut menu makanan Italia dengan bahasa Italia berlogat Jerman.

Rasa lapar kami rupanya belum terobati dengan cepat. Kami harus menunggu lebih lama lagi. Setelah 30 menit baru muncul. Kami langsung memulai melahapnya. Rasa lapar harus ditebus dengan makanan enak ini. Setelahnya, kami bergegas memesan menu kedua. Yang ini tidak terlalu lama. Tidak lebih dari 10 menit.

bunga indah berwarna-warni ini membuat pemandangan di satu sisi restoran lebih cantik dan menarik
bunga indah berwarna-warni ini membuat pemandangan di satu sisi restoran lebih cantik dan menarik
Saya tidak sempat membuat foto makanannya karena bagi saya, saat makan lebih penting dari makanan itu sendiri. Maka, saya memutuskan untuk menyimpan kamera di saku saat makan berlangsung. Ini bagus bagi saya tetapi kurang bagusnya karena saya tidak bisa melihat lagi makanan itu dalam file foto. Tapi tak apa-apa. Bagi saya, saat makan siang inilah yang terus kami kenang dan bukan fotonya. Maka, foto-foto saya ambil dari bagian restoran dan gunung serta danau saja.

Lama jeda tunggu makanan tadi membuat saya mencari-cari mengapa demikian? Rupanya restoran di pinggir danau ini buka hanya 2 jam saja. Dari pukul 12.00 sampai 14.00. ini yang tertulis di menu restoran. Tentu saja jika ada tamu selain jam buka tersebut, bisa dilayani juga. Ini hanya sebagai patokan. Saya jadi tahu, kalau kami memang harus menunggu lama. Kami tiba pukul 12.40 di restoran ini. Berarti restoran baru saja mulai beroperasi untuk hari ini.

di meja seberang ada turis-turis Jerman yang baru tiba
di meja seberang ada turis-turis Jerman yang baru tiba
Saya coba tanya-tanya kepada seorang sahabat saya tentang ini. Sahabat yang berasal dari satu kota dekat provinsi Trentino ini menjelaskan alasannya. Katanya, di daerah wisata seperti ini, warga hanya makan dua kali sehari. Mereka bangun sejak jam 10 pagi, lalu sarapan. Lalu, tidak mungkin makan tengah hari. Mereka pindahkan makan siang ke sore hari. Dari pukul 16.00 ke atas. Malamnya tidak makan lagi. Hanya minum saja untuk yang hobi minum kopi. Lalu, tidur larut malam. Jadi, jangan tanya sarapan di sini karena warga tidak mengenal sarapan.

Meski demikian, restoran ini menyediakan 4 jenis menu sekaligus. Ini untuk memberi kepuasan kepada pelanggan. Pelanggan bisa memilih termasuk memilih menu yang seharusnya bisa dinikmati pada pagi dan malam hari. Ada antipasti (makanan pembuka), primo piatti(biasanya berupa makanan berkabrohidrat untuk menyumbang tenaga), secondi piatti (di sini termasuk minuman juga), dan dessert (makanan pencuci mulut).

dari dalam tenda bisa langsung melihat ke luar danau dan gunung di seberang sana
dari dalam tenda bisa langsung melihat ke luar danau dan gunung di seberang sana
Setelah menikmati 2 hidangan ini, kami menikmati sekali lagi pemandangan indah di pinggir danau ini. Mungkin esok lusa kami tidak makan di sini karena kami akan menyiapkan sendiri makanan siang dan malam serta sarapan.

Pengalaman siang ini tetap kami ingat. Bukan sekadar makan. Kami berbicara banyak hal sehingga traktir ini menjadi berharga. Bahkan, kami juga bertanya pada pelayan cewek tadi tentang negara asalnya. Kami sebelumnya berdebat jika dia orang Jerman. Bahasa Italianya menunjukkan dia bukan orang Italia. 

Tetapi masalahnya dari mana? Di sini banyak tamu dari Jerman. Apakah dia dari Jerman? Rupanya tidak. Dia rupanya dari Moldaviko atau Moldava. Logatnya sedikit seperti orang Jerman. Entah mengapa. Mungkin karena terbiasa melayani orang Jerman di restoran ini.

mejanya masih kosong, belum terisi taplak meja
mejanya masih kosong, belum terisi taplak meja
Terima kasih untuk kedua sahabat kami. Terima kasih untuk para pelayan restoran. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya tentang petualangan ini.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

MLV, 1/7/2016

Gordi

Tulisan terkait:

  1. Serunya Petualangan di 3 Jalan Tol di Italia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun