Mbak Gana yang baik, sesuai janji di awal tulisan ini, saya mengakhiri tulisan ini dengan menjelaskan alasan di balik sebutan perawat budaya Indonesia. Tentu mbak Gana setuju sebutan perawat budaya ini jauh dari lingkungan perawat kesehatan. Perawat budaya yang saya maksudkan di tulisan ini sangat sederhana. Saya sudah membeberkan banyak contoh di beberapa paragraf dalam tulisan ini. Jadi, saya memang terus menyebut mbak Gana sebagai perawat budaya Indonesia karena sudah berjasa untuk merawat budaya Indonesia dengan berbagai cara. Menulis dalam bahasa Indonesia, memperkenalkan tarian budaya Indonesia, menghidangkan makanan khas Indonesia, dan sebagainya. Uniknya, semua ini dibuat di luar Indonesia dan di hadapan teman-teman bukan Indonesia. Dalam hal ini adalah di Jerman dan teman-teman di Jerman.
Tinggal dan hidup di luar Indonesia memang bisa membuat orang Indonesia lupa atau melupakan budaya Indonesia. Dan kiranya kecenderungan ini ada juga dalam diri Mbak Gana. Boleh jadi bukan karena Mbak Gana mau melupakan tetapi karena keterbatasan sarana untuk terus merawat budaya itu. Tetapi justru di sinilah Mbak Gana berperan penting untuk melawan kecenderungan itu. Mbak Gana justru merawat budaya Indonesia itu di tengah kehidupannya di Jerman. Dengan itu, kesan jarak jauh antara Indonesia dan Jerman kini menjadi dekat. Fisiknya berjauhan tetapi perasaan budayanya dekat sekali.
Selamat ulang tahun ke-5 untuk Mbak Gana. Teruslah merawat budaya Indonesia untuk teman-teman di Jerman.
PRM, 6/5/2016
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H