Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perbaikan Jalan Tanpa Ciptakan Kemacetan

24 April 2016   12:39 Diperbarui: 24 April 2016   18:30 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="FOTO, dokpri"][/caption]Jalan-jalan raya di Italia sangat bagus. Kebanyakan adalah jalan yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Romawi. Boleh dibilang kualitasnya sudah teruji. Makin tua makin bermutu. Kuncinya adalah perawatan. Tanpa perawatan, jalan-jalan tersebut hanya membuat lalu lintas macet.

Pemerintah Italia pun sangat gesit dalam memerhatikan keadaan lalu lintas. Karena lalu lintas adalah urat nadi pergerakan warganya, pemerintah Italia tidak main-main dalam memperbaiki kualitas jalan. Jalan yang rusak pun segera diperbaiki. Pengukuran kecepatan lalu lintas juga terus dipantau. Di tempat macet, pemerintah selalu mencari cara agar lalu lintas tetap lancar. Maka, ada kalanya jalan pun di buat dengan cara menembus gunung. Terowongan besar pun tersedia demi kelancaran lalu lintas dan memperpendek jarak tempuh.

Ini hanya contoh bagaimana pemerintah Italia memerhatikan kualitas jalan jarak jauh. Untuk jalan raya di dalam kota, pemerintah juga tidak main-main. Jalan dalam kota adalah urat nadi pergerakan warga. Selain itu, jalan juga menjadi penentu bagus tidaknya sebuah kota. Kalau jalan ke pusat belanja misalnya macet, pusat belanja itu akan ditinggalkan oleh pembelinya. Bahkan jika untuk jalan-jalan dalam kota saja susah, para wisatawan akan bosan datang ke kota. Demikian juga dengan akses jalan untuk kepentingan umum lainnya misalnya akses ke rumah sakit, akses untuk mobil pemadam kebakaran, dan sebagainya. Di sini, jalan-jalan yang dimaksud bukan saja untuk kendaraan bermotor, tetapi juga untuk pejalan kaki dan sepeda.

Satu hal unik yang saya perhatikan selama ini adalah tentang waktu perbaikan jalan. Rupanya butuh waktu lama. Hitungannya bukan saja lamanya pekerjaan tetapi juga persiapan. Sebelum memperbaiki sebuah ruas jalan, jauh-jauh hari pemerintah menyiapkan iklannya di tempat umum. Iklan itu bukan untuk promosi. Iklan itu hanya berupa pemberitahuan kepada warga bahwa ruas jalan ini akan diperbaiki. Kadang-kadang diberitahukan juga peta jalan alternatifnya jika ruas jalan itu ditutup total.

Pemberitahuan itu ada di mana-mana, di kota dan di jalan masuk kota. Ada yang berupa pemberitahuan di iklan layar lebar, ada juga berupa rambu lalu lintas biasa, ada juga yang membuat papan pengumuman besar. Pemberitahuan ini biasanya dibuat minimal 2 atau 3 bulan sebelum perbaikan jalan. Dari sini kiranya warga tahu terutama warga yang sering lewat di ruas jalan yang diperbaiki. Mereka akan mengatur siasat agar perjalanan mereka tidak mengganggu.

Perbaikan jalan juga biasanya dibuat menjelang musim panas. Ada kalanya sejak musim semi. Tetapi kebanyakan dibuat pada musim panas. Pemilihan waktu ini bukan sekadar asal-asalan tetapi sudah dipikirkan alasannya. Alasan utama adalah pergerakan warga pemakai jalan. Pada musim panas, tidak banyak warga yang melintas. Paling-paling hanya pengunjung dari luar kota. Warga kota biasanya berlibur entah ke luar negeri atau ke tempat berlibur lainnya di pantai, gunung, dan sebagainya. Jadi, di musim panas, warga kota sedikit saja. Kesempatan itulah yang dipilih sehingga tidak mengganggu lalu lintas pergerakan warga. Ini tentu lebih kecil kerugiannya dibandingkan pada musim dingin dan musim gugur di mana lalu lintas warga padat. Baik untuk bekerja maupun bagi anak sekolah yang sehari-hari ke sekolah.

 [caption caption="FOTO, dokpri"]

[/caption]Selain itu, ada kalanya juga pekerja beroperasi pada malam hari. Siangnya jalan itu masih bisa digunakan. Sejak jam 9 malam, jalan ditutup. Paginya dibuka lagi. Ini tentu saja untuk perbaikan kecil-kecilan misalnya memperbaiki rambu jalan, warna rambu jalan di aspal, dan sebagainya. Warga lebih suka jalan kaki pada malam hari. Jangan dikira perbaikan ini akan mengganggu istirahat. Biasanya perbaikan semacam ini tidak menggunakan alat berat yang bunyi mesinnya mengganggu. Boleh jadi hanya berupa mesin kecil yang tidak menciptakan rumor. Saya pernah melihat pekerja yang bekerja dengan mesin kecil untuk meluruskan garis rambu lalu lintas. Satu mesin lainnya digunakan untuk memberi warna di jalan. Keduanya bukan mesin yang menciptakan rumor. Jadi, pekerja bekerja dengan tenang dan warga juga bisa tidur nyenyak.

Sistem ini kiranya bagus untuk warga kota. Tetapi, kiranya kurang bagus untuk ppara pekerja. Tetapi tentu saja solusinya sudah ada. Logikanya jika sistem ini merugikan para pekerja mengapa pemerintah Italia masih menerapkan sistem ini?

Memang pekerja rugi kalau dipandang sekejab mata. Mereka tidak bisa berbahagia seperti warga lainnya yang berlibur ke luar negeri, ke pantai, ke gunung, dan sebagainya. Warga lain sedang menikmati liburan, sedangkan para pekerja masih bekerja. Warga lain sedang asyik-asyik berendam di laut dan berjemur di pantai, mereka sedang bekerja. Ini tidak adil kalau kita menilainya dalam sekejab mata. Tetapi jika sistem ini masih berlaku, kiranya kita mesti melihatnya lebih dalam dan lebih jauh lagi. Para pekerja ini ibaratnya para mahasiswa/i yang belajar pada musim libur alias pada semester pendek. Saya ingat teman saya dulu mengambil semester ini saat kami sedang berlibur. Dia untung dan kami untung juga. Kami berlibur dengan keluarga dan dia terus belajar sampai memperpendek waktu kuliahnya. Jadi, kami sama-sama mendapat untung dan sama-sama mendapat rugi.

Demikian juga dengan para pekerja ini. Ceritanya, pekerja yang bekerja di musim panas, tetap mendapat jatah untuk berlibur. Jadi tidak benar jika mereka rugi karena tidak libur. Mereka akan menentukan sendiri kapan waktu liburnya. Tentu harus mencari waktu yang tepat terutama untuk pekerja berkeluarga. Harus disesuaikan dengan jadwal sekolah anak dan jadwal kerja istri misalnya. Lalu, soal pendapatannya juga, mereka biasanya dibayar agak tinggi ketimbang bayaran pekerja pada waktu lainnya. Ini karena mereka bekerja di musim panas di mana pekerja lain berlibur. Pekerja di musim panas ibaratnya seperti pekerja lembur. Di sini kita lihat sisi pengorbanan mereka.

Sisi inilah yang kadang diabaikan. Padahal, ini penting demi kebaikan kehidupan pekerja. Jangan pernah mengabaikan sisi ini sebab inilah salah satu nilai yang harus ada dalam kehidupan seorang pekerja. Dia berkorban secara total demi pekerjaannya. Oleh sebab itu, harus ada penghormatan khusus atas pengorbanannya itu.

Agar bisa bekerja pada musim panas memang tidak segampang memilih rasa gelato pada musim panas. Ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat itu salahnya menyangkut sisi pengorbanannya itu. Tidak bisa juga memilih untuk bekerja setiap musim panas. Sebab, harus ada pergantian. Juga, masih ada pekerja lain yang ingin menikmati pekerjaan pada musim itu. Jadi, tidak bisa semaunya karena suka bekerja di musim panas, setiap tahun saya memilihnya. Ada pengajuan jauh-jauh hari agar syarat ini terpenuhi. Pemerintah tentu sudah memerhatikan semuanya ini.

Hari-hari ini di beberapa ruas jalan sudah terlihat ada perbaikan. Ini sebagai persiapan menyambut kedatangan wisatawan luar kota dan luar negeri. Tentu di ruas jalan lain akan ada perbaikan juga. Biasanya di ruas umum sudah mulai dikerjakan sejak sekarang sehingga saat liburan nanti, tidak ada pengguna jalan yang mengeluh karena harus berlama-lama antri di jalan. Sedangkan, jalur dalam kota di mana warga kota melintas, biasanya akan dikerjakan pada musim panas saat aktivitas warga kota sedikit.

Cara ini bijak sesuai situasi dan kondisi warga kota di sini. Semoga Indonesia juga bijak dalam memerhatikan hal-hal yang menyangkut kehidupan warga seperti ini.

Sekadar berbagi yang dilihat dan dibaca.

 

Selamat akhir pekan dan selamat hari Minggu.

 

PRM, 24/4/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun