[caption caption="harapan baru di awal musim semi"][/caption]Pergantian musim kadang menjengkelkan. Dari musim gugur ke musim dingin. Dari suhu sedang ke dingin sekali. Tetapi, kadang juga mengasyikkan. Dari musim dingin ke musim semi. Atau dari musim semi ke musim panas.
Sore hari ini, mata saya berbunga-bunga melihat dedaunan mulai bertumbuh. Melekat di antara dahan pohon besar yang tampak dari jendela kamar saya. Jaraknya memang dekat sekali. Hanya 5-6 meter saja. Batang pohonnya berada di luar pagar rumah tetapi dahannya merambat hingga mendekati dinding rumah kami.
Saya menatapnya tajam. Indah sekali. Hari-hari kemarin, pemandangan ini tidak ada. Yang ada hanya dahan kering. Seperti tak ada kehidupan. Entah hidup atau mati. Tidak jelas. Hanya saja, dahan itu seperti hidup kala angin menggoyangkannya. Kini, dahan itu bergerak juga tetapi bukan dahan kering lagi. Dahan itu kini berdaun. Daun yang mulai tumbuh seperti biji kacang tanah yang melepaskan tunasnya dan muncullah daunnya. Batang itu juga tidak seperti batang kemarin yang tidak berwarna. Batang itu kini mampu memikat mata untuk memandang warna hijaunya.
 [caption caption="dari balik jendela"]
Tiga empat foto didapat. Empat lima dahan dijangkaui. Semuanya menggambarkan pergantian musim. Ada yang sudah tampak kehijauannya. Ada yang masih membawa warna asli batang pohon. Ada yang mulai bertunas, ingin menunjukkan daunnya juga. Tak ada manusia yang mampu membuatnya sedemikian cepat hingga dalam sekejab daunnya keluar. Alamlah yang berproses memberi perubahan pada batang pohon itu.
 [caption caption="harapan baru seperti dedaunan baru"]
Kalender yang dibuat manusia menandakan perubahan itu hari ini. Sejak semalam, jarum jam dimajukan satu jam. Jam tangan harus diubah secara manual agar bisa menyesuaikan dengan perubahan ini. Maka, saya pun menyetel ulang jam tangan saya setelah selesai Misa Malam Paskah semalam. Saat waktu menunjukkan pukul 23.00, saya segera mengaturnya menjadi 24.00. Sedangkan penanda waktu lainnya tidak perlu diubah karena mampu menyesuaikan sendiri. Misalnya, penanda waktu yang disambungkan dengan radio, penanda waktu di komputer, dan jam satelit. Kata teman saya yang orang Italia, jam satelit biasanya menyesuaikan sendiri waktunya. Biasanya dia berubah pada pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Saat itu, waktunya berputar sendiri, maju satu jam. Jadi, kalau selama ini beda waktu antara Italia dengan WIB di Indonesia adalah 6 jam, mulai hari ini menjadi 5 jam. Perubahan ini berlaku di seluruh Eropa dan berlangsung sampai kira-kira minggu ke-3 di bulan Oktober nanti. Kira-kira berlangsung sampai 6-7 bulan.
 [caption caption="baru mulai tumbuh daunnya"]
Esok lusa, daun-daun itu akan bertambah. Dahan-dahan masih akan menampakkan warna barunya yakni hijau. Yang kini masih berdahan akan berdaun. Dan, daunnya akan bertumbuh cepat sehingga menjadi rimbun di musim panas. Batang pohon berdahan saat ini sedang berharap akan datangnya dedaunan yang menghias tubuh mereka. Dahan itu seperti manusia yang merindukan keadaan damai. Dahan tak berdaun memang bukan saja tidak indah tetapi seperti menderita. Bayangkan dingin pun menembus kulit dahan. Matahari juga mengenai kulitnya. Untung saja matahari tidak bersianar lama dan tidak mengeluarkan panas. Dengan daun, dahan itu akan terselimuti. Hujan pun tak masuk. Matahari juga tak masuk. Jadi, selama musim semi dan musim panas, dahan dan batang pohon sedang menikmati zaman emasnya. Zaman di mana, dia bersenang-senang. Boleh tidur atau mati sementara sebab dedaunanan menyelimutinya dari luar. Itulah sebabnya dia berharap agar dedaunan itu segera memenuhi dahannya.
 [caption caption="masih berharap untuk daun-daun baru"]
Â
Salam cinta lingkungan, sekadar berbagi yang dilihat.
PRM, 27/3/2016
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H