Sebagai anak dari Allah yang sama, kita mempunyai persamaan. Kita semua ingin hidup damai dan bersatu. Inilah yang juga yang ditekankan Paus Fransiskus. “Berbeda-beda agama dan budaya tetapi menjadi anak-anak dari Bapak yang sama. Kita bersaudara,” seru Fransiskus.
Ajakan Paus ini bertolak belakang dengan kejadian baru-baru ini di Bruxelles-Belgia. Di sana ada darah, kekerasan, dan kebencian. Kita semua kiranya tidak menginginkan peristiwa itu terjadi. Sama-sama sebagai anak dari Bapak yang sama dan menginginkan perdamaian dan kesatuan. Peristiwa ini adalah gambaran dunia kita saat ini. Dunia yang penuh dengan kebencian, kekerasan dan pada akhirnya bercucuran darah menetes ke bumi. Darah dari saudara-saudari kita.
Ajakan Paus Fransiskus menunjukkan bahwa kebencian sebenarnya bisa kalah dengan persaudaraan. Sayangnya persaudaraan itulah yang menjadi salah satu krisis dunia saat ini. Persaudaraan lenyap kala kelompok X membenci kelompok Y. Kebencian itu muncul dalam tanda-tanda yang kita lihat sehari-hari.
Senjata, kelompok militer siap tempur, negosiasi berdasarkan ekonomi, dan sebagainya. Manusia seolah-olah tidak berharga di atas semuanya itu. Jangan heran jika mausia diperkosa, dijual, dijadikan budak seks. Manusia lemah dan tidak mampu lagi menggunakan matanya untuk melihat nilai persaudaraan pada sesamanya. Padahal, seperti kata Paus Fransiskus, kita semua berasal dari Bapak yang sama. Mengapa mesti saling benci?
Mari menunjukkan bahwa kita semua bersaudara. Persaudaraan menang atas kebencian. Mari buka mata dan hati agar kebencian tidak menguasai kita. Kita semua lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di bumi ini.
Selamat merayakan Ibadah Rangkaian Paskah untuk umat Kristiani.
PRM, 25/3/2016
Gordi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI