Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bantuan Kecil yang Membuat Keluarga Ini Senang

15 Januari 2016   05:38 Diperbarui: 15 Januari 2016   12:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="ilustrasi ban gembos"][/caption]Santo Fransiskus dari Asisi, pelindung negara Italia pada abad ke-12 menulis doa yang sangat indah. Salah satu frase dari doa tersebut adalah kala terjadi kegelapan jadikanlah aku pembawa terang. Indah sekali kata-kata ini. Tentu Fransiskus ingin sekali menjadi pembawa terang di tempat gelap. Jauh sebelum dia, Matius, penulis kisah hidup Yesus, pada abad I menulis dalam bukunya ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian,..Di sini juga ada narasi kebutuhan. Saat butuh itulah kita meminta bantuan sesama.

Saya kaget bertemu dengannya tepat di pintu di tangga. Saya baru saja keluar dari ruang baca rumah kami. Dia, perempuan Filipina itu, sedang berbincang dengan seseorang. Matanya menampilkan wajah kesedihan. Tangannya mengatup di dada saat saya melihatnya.

“Gordi,” sahutnya, “tolong bantu suamiku.”

“Ada apa mbak?” tanyaku sambil mendekatinya.

“Ban mobil kami gembos. Suami saya ada di depan sekarang. Apakah kamu bisa membantunya? Gordi, tolong saya.” Rupanya mbak ini khawatir sekali.

Sementara itu, lelaki yang berbicara dengannya tadi meminta saya untuk membantu mbak ini. Saya menjawab sahutan mbak Filipina ini, “Ayo, kita ke tempat pompa ban, di ujung sana,” sambil menunjuk letak tempat itu.

Saya menangkap kekalutan hati sang mbak yang sudah lama bekerja di Italia ini. Meski saya menghiburnya dengan menjawab YA, dia rupanya belum puas. Tampak sekali wajahnya masih berada dalam gelap. Memang, dalam keadaan sulit, kita melihat segala sesuatu seperti sebuah kegelapan. Terang pun berubah jadi gelap. Itu karena hati kita diliputi ketakutan akan masalah yang sedang kita hadapi.

Kami menuju pintu keluar. Di sana, suaminya sudah menunggu. Dia meminta suaminya agar bersama saya ke tempat pompa ban yang jauhnya 200 meter dari gerbang rumah. Kami memang kebetulan punya pompa ban yang sederhana namun cukup untuk kebutuhan kami. Kami hanya menggunakannya untuk mengisi ban sepeda kami. Sesekali untuk mengisi ban mobil untuk mereka yang menggunakan mobil.

Parma sedang hujan rintik. Dalam rintik hujan, saya masuk ke mobil suaminya. Kami berdua menuju tempat pompa ban. Kami ngobrol sebentar sebelum sampai ke sana. Saya sengaja bertanya, “Kok bisa pak, ban-nya gembos?”

“Sebenarnya sudah dari tadi pagi. Hanya saja, saya tidak sempat menggantinya sebab sudah telat ke tempat kerja. Sehingga jadinya ditunda sampai malam ini,” jelasnya sambil mengerem mobil yang sedang menuju turunan itu.

Sampai di tempat pompa, saya memintanya untuk memarkir mobil di tempat yang tepat. Panjang kabel pompa hanya 2 meter. Untunglah masih ada ruang di antara sepeda dan mobil di garasi itu. Mobilnya pun bisa merapat agak ke dalam sehingga kami berdua tidak kena air hujan. Saya membuka mulut pompa dan penutup pentil ban mobil. Lalu, mulailah proses pengisian angin untuk ban sebelah kiri yang gembos itu.

Selang 10 menit, ban sudah jadi. Posisi mobil kembali normal seperti sebelumnya. Mas Filipina ini menaikkan badannya ke atas ban tadi, menguji kekuatan ban. Saya meyakinkannya bahwa itu sudah cukup. Dia menganggukkan kepala pertanda setuju meski tampak kurang yakin.

Lalu kami masuk ke mobil dan menuju gerbang utama rumah kami. Dalam mobil, dia tanya asal saya. Setelah dia tahu, saya dari Indonesia, dia langsung tanya, apakah saya bisa bicara dalam bahasa Inggris. Saya menjawabnya, bisa tetapi little by little. Dia langsung mengucapkan TERIMA KASIH pada saya dalam bahasa Inggris sambil menyiapkan pertanyaan kedua.

Dia rupanya mau tahu, sejak kapan saya di Italia. Saya menjawabnya, lalu mengajukan pertanyaan padanya, and you? Rupanya dia sudah lebih dari 20 tahun. Wah sudah lama sekali. Dua anak mereka yang kini sedang kuliah di Italia, rupanya lahir di sini. Ini berarti sudah lama sekali mereka tinggal di Italia.

Meski sudah lama, Mas ini tidak fasih berbahasa Italia. Pantasan awalnya dia menjelaskan pada saya dalam bahasa Tagalog. Saya tahu itu bahasa Tagalog tetapi saya tidak paham artinya. Rupanya dia juga bekerja dengan teman-teman yang berbahasa Inggris. Jadilah dia hanya menggunakan dua bahasa ini sebagai bahasa hariannya.

Pelan-pelan, dalam tempo 5 menit, kami hampir tiba di gerbang utama, di mana istrinya sedang menunggu kami. Sebelum sampai di sana, dia mengajukan pertanyaan terakhir tentang bom di Jakarta. Wah rupanya berita bom Jakarta sudah menyebar ke penjuru dunia. Saya menjawabnya sesuai informasi yang saya dapat tentang bom itu lalu kami berpamitan. Dia dan istrinya kembali ke rumah mereka dan saya kembali ke ruang baca.

Sederhana dan efisien. Dalam tempo kurang dari 20 menit, kami membuat suatu kegiatan bermanfaat. Bukan saja sebuah kegiatan bermanfaat tetapi sebuah bantuan. Bantuan yang membuat istrinya keluar dari kegelapan hatinya. Saya membaca wajah istrinya setelah kami pulang mengisi angin ban mobil mereka. Dia senang dan tampak lagi senyum manisnya.

Rupanya membawa terang untuk mereka yang gelap itu sederhana. Asal ada kemauan untuk menjalaninya. Pasangan ini tadi amat membutuhkan bantuan seseorang. Kebetulan saya yang lewat di sekitar mereka, jadilah saya yang menjadi tumpuan harapan mereka. Rupanya bantuan kecil saya ini amat berharga bagi mereka. Saya seperti mengulang doa Santo Fransiskus tadi juga gema frase dari Matius, penulis kisah hidup Yesus.

Selamat jalan ya sahabatku. Selamat malam juga untuk keluarga kalian yang sedang menunggu kehadiran kalian di rumah.

 

PRM, 14/1/2016

Gordi

FOTO di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun