Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Masak Nasi Sampai Bahas Kemerdekaan RI ke-70

17 Agustus 2015   04:40 Diperbarui: 17 Agustus 2015   04:58 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saat sarapan, seorang sahabat bertanya, apakah kalian sudah siapkan sesuatu untuk acara besok? Acara yang dimaksud adalah perayaan 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Negara Republik ย Indonesia.

ย 

Dia bertanya karena dia ingat acara ini. Dia orang asing tetapi jiwanya ada di Indonesia. Maklum dia pernah tinggal dan bekerja di Indonesia bertahun-tahun pada masa mudanya. Tak heran, jika acara ini membekas dalam benaknya.

ย 

Ingatan akan sejarah adalah salah satu cara menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur. Para pahlawan yang bukan saja bergelar pahlawan tetapi para pejuang pada umumnya. Soekarno sejak awal menekankan ini. Kata Soekarno, bangsa yang mau maju adalah bangsa yang mengingat sejarahnya sendiri. Pertanyaan sahabat saya tadi mengingatkan saya akan pentingnya memahami sejarah bangsa Indonesia.

ย 

Saat ini, sejarah bangsa memang kurang diminati. Jangan heran juga jika anak-anak sekolah kurang berminat mempelajarinya. Para pendidik ditantang untuk meningkatkan minat siswa dan mahasiswa untuk mempelajari sejarah. Agak susah memang pada awalnya. Bukan karena pelajarannya tetapi karena sejarah bangsa Indonesia sendiri telah dipalsukan. Bukan rahasia lagi jika saat (almarhum) Presiden Soeharto masih berkuasa, sejarah bangsa dipalsukan. Maksudnya, didesain agar sesuai dengan kemauan penguasa. Tak heran jika kemudian tak banyak yang tahu sejarah bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bukan hanya itu, sejarah bangsa Indonesia menjadi sekadar kronik karena tidak menjelaskan secara detail latar belakang di balik peristiwa. Saya ingat dosen sejarah di STF Driyarkara-Jakarta yang mengajak kami untuk berlatih menulis sejarah bukan dengan gaya kronik tetapi dengan membeberkan latar belakang peristiwa di balik tanggal sejarah.

ย 

Tentang hal ini, saya beruntung bisa membaca literatur asing yang membahas sejarah bangsa Indonesia. Tentu banyak juga pelajar Indonesia yang membaca literatur ini khususnya yang menekuni sejarah. Salah satu sumber yang mudah kita dapat adalah literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris. Ada banyak kiranya khususnya yang ditulis oleh peneliti asing. Kalau mau yang lebih lagiโ€”tentu untuk mereka yang menguasai bahasa asing selain Inggrisโ€”silakan cari dalam bahasa Jerman, Prancis, Belanda, atau Italia. Saya kebetulan saja menemukan literatur ini saat mempresentasikan sedikit budaya Indonesia di luar negeri. Orang asing suka bertanya dan mereka senang jika kita bisa menjawab pertanyaan mereka. Maka, di sinilah pentingnya mencintai sejarah.

ย 

Hari ini, 17 Agustus 2015, Bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-70. Usia yang tidak muda. Atau boleh dikatakan masuk usia tua. Kitab kuno meramalkan umur manusia hanya 70, jika kuat 80 tahun. Maka, umur bangsa kita menandakan kuatnya bangsa ini. Namun, bangsa ini sebenarnya belum dikatakan kuat. Kenyataannya lemah. Lihat saja duka kita yang mendalam hari ini yakni jatuhnya pesawat Trigana di Papua. Ini tentu jadi kelemahan kita. Teman-teman asing bertanya pada saya, mengapa kalian tidak mencegah celaka ini? Bukankah beberapa waktu lalu kalian juga mengalami musibah seperti ini (maksudnya kecelakaan pesawat Herkules)? Benar juga. Mengapa kita tidak bisa mencegahnya? Salah satu jawabannya ya kita sebenarnya belum siap menangani semua kelalaian kecil seperti ini. Ini hanya salah satu kasus. Kasus lain bisa didaftar dan akan jadi panjang sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun