Â
Yang membuat saya berkesan adalah kata-katanya pada kami. Dia mengatakannya dalam bahasa Italia yang sangat sopan. Kalian boleh jalan duluan. Kalian bisa cepat sampai. Jangan khawatir dengan saya. Saya punya ritme perjalanan saya yang lebih lambat dari kalian. Saya akan tiba juga seperti kalian. Saya iba mendengarnya. Saya—kami—merasa dihormati oleh sahabat kami ini.
Â
Rasa iba ini muncul begitu saja. Kata-kata sahabat ini lebih dari sebuah penghormatan bagi saya. Dengan kata-kata ini, saya malah diundang untuk menghormati yang lain yang berbeda dengan saya. Saya bukan saja mesti menghormati yang tua tetapi juga yang muda. Sahabat kami ini tidak seperti orang tua lainnya yang kadang-kadang minta untuk dihormati. Atau menyuruh orang muda menghormatinya. Jika tidak, dia dengan marah minta untuk dihormati. Sahabat kami ini tidak. Dia malah menghormati kami sebelum kami menghormatinya. Sungguh luar biasa. Saya iba dan sedikit merasa malu. Betapa saya kadang-kadang menuntut yang muda menghormati saya. Saya malu rupanya saya tidak lebih dulu menghormatinya tetapi dia yang lebih dahulu menghormati saya. Terima kasih sahabat untuk kebersamaannya dari gunung sampai tiba kembali di rumah.
Â
Salam hormatku.
Â
Molveno-Trento, 8/8/2015
Gordi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI