Mohon tunggu...
Pratomo Hafiz
Pratomo Hafiz Mohon Tunggu... -

pencari kebebasan dan kemerdekaan hidup

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dari God Father ke God Father

14 Desember 2011   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:17 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat berita kemarin(13/12/11) di kompas.com yang bertajuk PSSI Gelar rapat Timnas di Rumah Arifin Panigoro, wah sontak saya langsung geleng-geleng kepala. Hal ini semakin menguatkan hipotesa bahwa PSSI era Bung Djohar Arifin ini cuma berganti tuan besar.  Layaknya perebutan kekuasaan oleh kelompok-kelompok Mafia, mereka bisa mengalalkan segala cara demi melibas kekuasaan sebelumnya untuk naik tahta. kemudian bertindak seenaknya demi memuaskan dan memuluskan kepentingan-kepentingan kelompoknya.Kemudian berlakulah istilah "sejarah milik pemenang", yang kalah lalu diilegalkan. Kemudian menyebarkan phobia pada kekuasaan sebelumnya.

Itulah yang terjadi di PSSI, ketika kongres Solo berujung dengan terpilihnya Bung Djohar Arifin sekaligus menandakan kemenangan kelompok tertentu atas kekuasaan status quo yang  dipegang oleh NH cs. Semua pecinta dan pemerhati sepak bola tanah air tentu mengharapkan kongres Solo tersebut adalah landasan awal bagi terciptanya revolusi PSSI menuju era kegemilangan. Tapi yang terjadi adalah anti klimaks, berbagai perseteruan kembali muncul, persoalan dualisme pun memanas dari dualisme klub sampai ke dualisme kompetisi. IPL vs ISL mungkin adalah yang paling panas saat ini. Perseteruan dua liga ini telah sukses menabur benih perpecahan antara klub dan PSSI, Klub dengan klub dan juga perpecahan dikalangan suporter.

Berganti penguasa bergantilah kebijakannya, tapi sayang kebijakan kebijakan yang muncul bukannya menjadi kebijakan yang mencerahkan atau memihak kepentingan publik sepak bola nasional malah kentara sekali mementingkan kepentingan kelompok tertentu sebagai kelompok pemenang "perang". Dimulai dari kemunduran berpikir kembali ke era 10 thn lalu untuk mengadakan kompetisi 3 wilayah(meskipun akhirnya kembali ke "pemikiran 2011" dengan format satu wilayah) sampai ke pembubaran PT LI diganti dengan PT LPIS serta promosi gratis 6 klub ke kasta tertinggi yang mengundang kontroversi dan mengusik rasa keadilan. Nampaknya, menurut kaca mata saya, kebijakan-kebijakan yang dibuat lebih terlihat menghamba ke pada Tuan besar yang baru, yang punya kepentingan harus balik modal. Apa yang saya tulis ini bukanlah maksud saya membela yang disingkirkan. Khalayak ramai pun tahu bobroknya seperti apa yang lalu itu. Yang saya cermati hanyalah bahwa di PSSI sekarang ini sekedar perubahan komposisi kekuasaan tapi kelakuan tetap sama arogannya mungkin sama juga bobroknya.

Nah Suksesi di PSSI  sedikit memiliki kesamaan dengan Angkot,mikrolet,metromini dan sebagainya. Supirnya ganti tapi tetep sama ugal-ugalan dan seenak perutnya. Lalu kalau soal rapat di rumah Arifin Panigoro saya ingin mengutip kalimat yang jadi trademarknya si jambul khatulistiwa,.."sesuatu banget yahh".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun