SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, merupakan salah satu jalur masuk PTN yang sangat diidam-idamkan oleh mungkin hampir seluruh siswa/i SMA di seluruh Indonesia.Â
Bagaimana tidak, jalur SNMPTN ini merupakan jalur nasional pertama yang dibuka untuk masuk ke perguruan tinggi negeri dan menerapkan sistem undangan, sehingga kita dapat masuk PTN yang kita inginkan lebih dulu dibandingkan yang lain dan tanpa perlu melalui tes atau ujian lagi.Â
Dengan diterima PTN yang diidamkan melalui jalur ini akan menjadi salah satu kebanggan tersendiri. Anaknya bisa lolos PTN lewat SNM itu benar-benar senjata paling ampuh buat mamah yang dapat membungkam seluruh omongan pedas tetangga yang keponya banget dan demen banding-bandingin.Â
Entah apakah hal ini masih terjadi saat ini atau tidak, di lingkungan saya dulu, bisa lolos SNM itu bak standar kalo kita ini pinter banget dan mamah hebat bisa ngedidik anak di mata tetangga. Padahal yah, aku rasa banyak faktor diluar pinter buat bisa lolos SNMPTN.Â
But that's aside for now, pada kesempatan ini saya ingin memberikan sedikit pesan yang juga penting kepada seluruh adik-adik yang pada saat tulisan ini dibuat sedang melalui proses terakhir SNMPTN, yakni pendaftaran PTN yang akan dipilih pada jalur SNMPTN ini.
Saat-saat seperti ini kalau saya bisa bilang, benar-benar saat di mana semuanya jadi pada sensitif banget. Kayak kalo ngebahas hal semacam ini pilihan PTN merupakan hal yang paling sensitif dan bisa dianggep kek cari masalah gitu.Â
Kenapa bisa begitu? Kalau menurut saya pribadi karena disaat seperti ini kita sudah tahu ranking sekolah kita ada diposisi mana -biasanya dirilis oleh sekolah pas kuota SNMPTN keluar-, dan juga biasanya kita juga sudah tahu jurusan dan PTN mana yang teman-teman kita inginkan dari hasil pemetaan yang dilakukan oleh pihak sekolah.Â
Apalagi ditambah dari SNMPTN zaman saya SMA dulu hingga zaman adik saya sekarang, sekolah selalu menekankan kepada para siswanya agar setiap jurusan pada satu PTN yang sama tidak dipilih lebih dari dua hingga tiga orang.
Hal itu karena umumnya siswa yang menempati urutan di bawah posisi kedua dalam pilihan jurusan yang sama di satu PTN -yang posisinya diliat dari ranking sekolah- mempunyai kans untuk diterima yang lebih rendah.Â
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, kita dapat semakin yakin dan pede karena gaada orang lain dengan ranking di atas kita yang memilih jurusan dan PTN yang kita inginkan, atau menjadi hilang arah dan patah semangat karena harus merelakan jurusan dan PTN yang kita inginkan karena posisi kita yang di bawah orang lain dan pilihan alternatif kita pun mengalami hal serupa.Â
Untuk kasus kedua ini nih yang seringkali berakhir dengan selek-selekan antar temen, sampai sama teman sendiri jadi kayak musuh, dari yang tadinya deket banget sampai akhirnya sekadar nyapa saja tidak cuma karena pilihan yang diinginkan diambil.Â
Bahkan dalam kasus terburuknya, menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang lain demi keuntungan sendiri.Â
Dalam kasus yang sempat viral pada tahun 2020 kemarin, ada seorang anak SMA yang dengan sadar dan sengaja menggagalkan langkah sahabatnya untuk masuk PTN favorit dengan alasan kedua sahabat itu mengidam-idamkan jurusan dan kampus yang sama.Â
Anak SMA itu nekat menyabotase pilihan sahabatnya dengan cara membuka handphone milik sahabatnya yang kebetulan tengah membuka laman resmi seleksi SNMPTN.
Memang berat, tetapi masa iya sih pertemanan yang sudah dibangun selama tiga tahun belakangan rusak begitu saja cuma karena pilihan. Saya sendiri juga dulu pernah merasakan hal yang sama kok karena saya juga dulu salah satu orang yang berkesempatan ikut jalur SNMPTN.Â
Dari mulai melihat teman sendiri saling diem-dieman karena yang satu tak terima harus merelakan pilihannya, hingga saling psywar agar saling merelakan untuk berganti pilihan PTN-nya semuanya saya lihat langsung dengan mata kepala saya sendiri.Â
Bahkan saya sendiri pun termasuk orang yang merasakan ditendang secara diam-diam dari belakang oleh teman saya sendiri, karena teman saya ini tidak memberikan informasi pilihan yang dia ambil hingga hari terakhir pendaftaran baik kepada sekolah maupun kepada teman-temannya yang lain. Karena ranking dia lebih tinggi dan untungnya pada saat yang sama saya pun belum finalisasi, dengan terpaksa dan berat hati saya pun harus merelakan jurusan yang saya inginkan dan berganti pilihan disaat saat terakhir.
Apakah saya marah dan kecewa? Tentu saja, siapa yang tidak merasa tersakiti dengan cara bermain seperti itu dulu.Â
Apakah lantas saya jadi membenci dan memusuhinya? Tidak juga. Memang berat untuk merelakan mimpi yang kita inginkan, apalagi dengan cara seperti itu.Â
Tapi, saya percaya terkadang memang segala sesuatu tidak harus selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Pun dengan marah-marah juga tidak akan menyelesaikan apa-apa dan mengubah nilai kita.Â
Sehingga dibandingkan dengan membuang tenaga untuk saling membenci, mendingan saling mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk semuanya, toh ketika kita mendoakan yang baik untuk orang lain secara gak langsung juga bakal balik kepada kita.Â
Pada kasus saya, Alhamdulillah malah saya yang mendapatkan kesempatan masuk PTN melalui jalur SNMPTN, meskipun bukan di pilihan pertama yang saya inginkan.
Bagaimana cara biar bisa menerima dengan legowo?Â
Begini, saya percaya bahwa memang ada mimpi yang sebaiknya tetap jadi mimpi saja. Percayalah, bahwa semua sudah ada jalan dan rezekinya masing-masing.Â
Dari pengalaman saya diterima bukan di pilihan yang saya inginkan pertama, justru saya bisa berkembang lebih dari yang saya pikirkan.Â
Saya bisa mengenal dunia yang mungkin kalau bukan dengan cara saya dipaksa pindah di saat saat terakhir saya bisa menjelajahinya. Bahkan saya sering berandai-andai apabila saya diterima di pilihan yang saya sangat inginkan, apakah saya dapat berkembang seperti saat ini?Â
Atau apakah saya bisa survive untuk kuliah di sana? Saya rasa bisa, namun tidak akan sebaik seperti saya di kampus saya sekarang tentunya.Â
Jadi, buat adik-adikku sekalian yang masih ada perasaan mengganjal karena harus merelakan pilihannya karena teman sendiri, ayo sudahi selek-selekannya! Cukupkan saling sindir-sindirannya! Ayo kembali rangkul teman kalian, peluk yang erat, dan doakan yang terbaik untuk kalian berdua!Â
Percayalah apapun yang terjadi di kemudian hari, semua itu pasti ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil, dan tentu saja pasti semua itu sudah jadi jalan yang terbaik buat kalian.Â
Dan satu lagi, percayalah dimanapun kampusnya, apapun jurusannya, dengan jalur apa kalian masuknya -yang pasti bukan jalur belakang ya- kalian akan selalu jadi yang terbaik ! Semangatt!!!
Pada saat tulisan ini dibuat proses pendaftaran SNMPTN 2021 sedang berlangsung hingga tanggal 24 Februari 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H