20 Juli menjadi peringatan dari rencana yang gagal untuk membunuh pimpinan Nazi, Adolf Hitler, dan melaksanakan Operasi Valkriye oleh para pemimpin militer Jerman. Usaha pembunuhan tersebut dilakukan oleh Letkol Claus Von Stauffenberg di Wolf's Lair, markas Hitler yang terletak dekat Rastenburg, Prussia Timur.
Pada tahun 1943 hingga awal tahun 1944, oposisi terhadap Hitler di kalangan petinggi militer Jerman meningkat seiring dengan kondisi militer Jerman yang kian merosot. Kebencian terhadap Hitler begitu besar hingga ide untuk melakukan pemberontakan mulai mendapatkan dukungan dikalangan pasukan Wehrmact. Mereka menyalahkan Hitler karena membawa Jerman kepada bencana.
Pada 1942, kepercayaan Stauffenberg terhadap pemerintahan Nazi benar-benar hilang. Ia meyakini bahwa Jerman sedang dalam perjalanan menuju malapetaka, dan ia berpendapat bahwa membunuh Hitler adalah cara terbaik menyelamatkan Jerman dibandingkan membiarkan ia tetap berkuasa. Ini adalah awal dari keterlibatan Stauffenberg dalam gerakan perlawanan.
Pada tahun yang sama, Stauffenberg ditugaskan sebagai Operations Officer, bergabung dengan divisi 10 Panzer di Tunisia, Afrika Utara, dimana ia mengalami luka yang cukup parah akibat kendaraan yang ditumpanginya dihujani peluru oleh pesawat bomber milik Royal Australian Air Force. Stauffenberg selamat meski ia harus kehilangan mata kirinya, tangan kanannya, serta dua jari di tangan kirinya.
Operasi Spark
Brigadir Jenderal Henning Von Tresckow adalah kepala konspirator dari plot 20 Juli, atau yang dikenal sebagai Operation Valkriye. Namun, ia juga mempelopori sejumlah usaha untuk membunuh Hitler sebelum plot 20 Juli ini. Operasi Spark adalah istilah yang disematkan untuk serangkaian usaha untuk membunuh Hitler antara 1943 hingga awal tahun 1944.
Nama dari Operasi Spark berasal dari pemikiran bahwa kematian Hitler akan menimbulkan 'percikan' dan memicu keruntuhan dari rezim Nazi. Tresckow percaya bahwa jika Hitler masih hidup akan mustahil untuk menggulingkannya.
Dalam kunjungan rutinnya ke Werwolf, markas Hitler di Ukraina, pada Februari 1943, Tresckow bersama dengan para konspiratornya menyelundupkan sebuah bom pada pesawat yang ditumpangi oleh Hitler. Bom tersebut disamarkan menjadi dua botol Cointreau, sebuah liquor berperisa jeruk.
Tresckow mengatur agar bom tersebut ditempatkan pada pesawat oleh ajudannya. Ia mengatur agar bom meledak ketika pesawan berada di Minsk, Belarus, sehingga dapat dikaitkan dengan jet fighter soviet. Rencananya, setelah berita kematian Hitler tersebar, Jenderal Friedrich Olbricht akan memberlakukan darurat militer dan mengambil alih pemerintahan.Â
Namun nasib tidak berpihak kepada mereka saat itu, pada ketinggian pesawat yang dimaksud ternyata terlalu dingin untuk mengaktifkan ledakan, dan bom tersebut tidak meledak. Bom tersebut kemudian diselamatkan oleh pemberontak agar tidak ditemukan oleh tentara Nazi. Bom jenis yang sama kemudian digunakan oleh Stauffenberg saat melakulan aksinya di Wolf's Lair.
Kejadian sebelum Plot 20 JuliÂ
Setelah pulih dari trauma yang dialaminya, Stauffenberg dimasukkan kedalam tim konspirator dan kemudian dikenalkan dengan Tresckow. Ia kemudian diposkan kedalam Ersatzheer (pasukan cadangan), dimana Olbricht adalah atasannya.
Olbricht dan Stauffenberg menyadari bahwa Ersatzheer dapat digunakan dalam plot untuk mengambil alih control dari Reich. Ini disebabkan oleh Operation Valkriye, sebuah rencana dimana situasinya adalah memberlakukan darurat militer akibat terjadinya kekacauan politik. Operasi Valkriye ditujukan agar partai politik anti-Nazi tidak dapat mengambil alih kekuasaan bilamana terjadi kekosongan kekuasaan jika pemerintah Nazi berada diambang keruntuhan.
Kedua konspirator ini kemudian beremu dengan kolonel jendral Friedrich Fromm, kepala dari Ersatzheer, untuk mendapatkan dukungannya. Namun Fromm tidak melaporkan keduanya maupun sepakat untuk mendukung aksi mereka, tetapi bertahan untuk melihat pihak mana yang sekiranya akan memberikan keuntungan lebih banyak bagi dirinya.
Olbricht percaya bahwa Valkriye dapat diubah agar dapat memuluskan langkah mereka. Hal tersebut termasuk menyebarkan pesan palsu yang berisi bahwa Hitler telah dibunuh oleh para petinggi partai, hingga menginisiasikan Operasi Valkyrie untuk mengambil alih kekuasaan. Antara Agustus dan September 1943, para konspirator merevisi rencana Valkriye untuk menyesuaikannya dengan kudeta. Rencana Valkriye yang telah diamandemen berisikan tiga point utama, yaitu mengambil alih pemerintahan, membubarkan SS (pasukan keamanan milik partai Nazi), serta menangkap tokoh-tokoh penting Nazi.
Stauffenberg kemudian secara personal bertemu dengan Hitler untuk mengesahkan amandemen dari rencana Valkriye tersebut. Hitler menanda tangani tanpa membaca isi dari proposal tersebut, ia percaya bahwa amandemen itu untuk yang terbaik.
Faktor terpenting dari perencanaan kudeta adalah bagaimana cara membunuh Hitler, yang sebelumnya selalu berhasil menghindari semua usaha percobaan pembunuhannya. Paranoia Hitler telah menyelamatkan nyawanya lebih dari satu kali. Sehingga, cara yang tersisa untuk membunuh dirinya adalah dengan kembali menggunakan bom waktu.
Rencananya adalah, ketika Hitler tewas akibat dari ledakan bom yang telah dipasang, militer akan mengklaim bahwa pembunuhan Hitler merupakan usaha yang dilakukan oleh partai Nazi dan SS, kemudian pasukan cadangan akan mengambil alih instalasi penting di Berlin serta menangkap pejabat tinggi Nazi.Â
Pemerintahan baru akan didirikan dengan Carl Friedrich Goerdeler sebagai Kanselir Jerman, serta Ludwig Beck sebagai Presiden. Pemerintahan baru ini nantinya akan berupaya melakukan negosiasi dengan sekutu untuk mengakhiri perang, dengan syarat yang tentunya menguntungkan Jeman.
Plot 20 JuliÂ
Pada tanggal 14 dan 15 Juli 1944, Stauffenberg membuat dua percobaan pembunuhan. Pada hari pertama, saat konferensi militer, rencana tersebut dibatalkan karena tangan kanan Hitler, Heinrich Himmler dan Herman Goring tidak hadir. Kemudian diputuskanlah agar plot dapat berjalan secara efektif, ketiga orang tersebut harus dieliminasi. Namun, dengan waktu yang semakin berkurang, rencana tersebut dijatuhkan pada hari berikutnya, dan Stauffenberg berencana untuk membunuh Hitler di Wolfsschanze, atau Wolf's Lair, markas Hitler di Prussia Timur.
Sekali lagi, nasib belum berpihak baik. Usaha percobaan kedua pun mengalami kegagalan juga. Kali ini disebabkan Hitler keluar ruangan di saat saat terakhir setelah bom diaktifkan, dan Stauffenberg telah meninggalkan ruangan. Beruntung ia dapat kembali kedalam ruangan untuk menjinakkan bom tersebut.
Percobaan ketiga sekaligus usaha terakhir dilakukan di Wolf's Lair, seminggu kemudian pada tanggal 20 Juli. Percobaan kali ini sangat diburu-buru akibat rumor salah yang tersebar yaitu Gestapo telah mengetahui rencana mereka, dan akan menangkap para konspirator. Sekali lagi, Stauffenberg terbang dengan membawa 2 pound bahan peledak yang tersimpan didalam tasnya. Saat kedatangannya, ajudannya, Werner von Haefton, memberikan ia tambahan 2-pound bahan peledak.
Para konspirator telah memperhitungkan bahwa pertemuan tersebut akan dilaksanakan didalam bunker bawah tanah, tanpa jendela, dan tertutup oleh pintu baja. Dengan demikian, maka ledakan yang terjadi akan membunuh semua orang yang ada dalam radius ledakan dari bom. Namun, 20 Juli 1944 merupakan hari yang sangat panas sehingga lokasi pertemuan dipindah menuju sebuah rumah kayu yang memiliki sirkulasi udara yang lebih baik.Â
Ruang pertemuan kini memiliki banyak jendela beserta furniture kayu lainnya, yang artinya potensial energi dari ledakan akan berkurang secara signifikan akibat energi dari ledakan menyebar. Meskipun Stauffenberg menyadari masalah tersebut, ia tetap meneruskan rencananya, ia percaya bahwa dua bom akan tetap cukup untuk membunuh semua orang yang berada didalam ruangan.
Ketika Stauffenberg tiba, ia meminta izin untuk menggunakan kamar pribadi dengan alasan untuk mengganti pakaian. Padahal sebenarnya ia sedang menyiapkan kedua bom untuk diledakkan. Ia membutuhkan waktu untuk mengatur kedua bahan peledak tersebut mengingat ia hanya memiliki satu lengan dengan tiga jari saja. Namun, telpon mendadak beserta ketukan pintu dari petugas membuat ia hanya memiliki waktu untuk mengaktifkan satu dari kedua bom, kemungkinan untuk menghasilkan ledakan yang lebih besar pun akhirnya berkurang setengahnya.
Menyadari peluangnya semakin tipis, Stauffenberg harus duduk sedekat mungkin dengan Hitler agar ia dapat terkena dampak dari ledakan tersebut. Stauffenberg berhasil mengamankan kursi sedekat mungkin dengan Hitler, dengan hanya satu orang yang memisahkan ia dengan sang Fuhrer. Setelah ia, meletakkan tasnya yang berisi bom, dengan dalih mendapat telpon pribadi ia meninggalkan ruangan. Sialnya, salah satu petugas memindahkan tasnya kedalam kaki kayu yang tebal dari meja tersebut.
Tepat pada pukul 12:42 PM, bom tersebut meledak. Menewaskan seorang stenographer, dan melukai 20 orang lainnya, dimana tiga orang tersebut akhirnya tewas. Yakin bahwa Hitler telah tewas, Stauffenberg beserta ajudannya, Werner von Haeften, dan Jendral Erich Fellgiebl, yang bertugas untuk memutus komunikasi dari Wolf's Lair pergi menggunakan mobil untuk melewati tiga pos pengamanan dan meninggalkan lokasi pertemuan dengan pesawat. Akan tetapi, Hitler selamat dan hanya mengalami luka ringan karena terhalang oleh kaki meja kayu yang tebal.
Aftermath
Ketika Stauffenberg mendarat di Berlin sekitar pukul 4 PM, ia menyadari bahwa Hitler selamat dari ledakan, dan Operasi Valkriye belum dilaksanakan akibat Olbricht menerima informasi yang berbeda. Olbricht akhirnya menginisiasikan Operasi Valkriye untuk dilaksanakan.
Kemudian, seluruh wilayah yang diduduki Jerman berhasil dikuasai, pasukan cadangan dimobilisasi dan menangkapi pejabat tinggi pemerintahan. Dengan komunikasi yang berhasil kembali pulih, Himmler menerbitkan penghentian Operasi Valkriye, dan mengabaikan perintah Olbricht.
Pada pukul 7 PM, Hitler telah sepenuhnya pulih dan memulai untuk menyebarkan kabar bahwa ia masih hidup. Kabar tersebut sekaligus mengakhiri kudeta yang dilakukan Stauffenberg beserta para konspiratornya. Di titik ini, banyak dari konspirator memutuskan untuk berganti pihak, dan kepala pasukan cadangan, Fromm dapat kembali memegang kendali.Â
Untuk menyelamatkan dirinya sendiri, Fromm dengan cepat memerintahkan penangkapan dan eksekusi dari seluruh personel yang terlibat, mengabaikan instruksi Hitler untuk menangkap mereka hidup hidup. Fromm sendiri nantinya ditangkap, dinyatakan terbukti terlibat dan dihukum mati juga.
Ludwig Beck dan Tresckow memutuskan untuk bunuh diri sedangkan Stauffenberg, von Haeften, Olbricht, dan personel lainnya, Albrecht Mertz von Quirnheim, di eksekusi mati oleh regu tembak di halaman dari Bendlerbrock. Dalam beberapa pekan kemudian, Nazi menghukum mati hampir seluruh dari 200 plotter yang tersisa, dengan beberapa diantara mereka digantung menggunakan kait daging.Â
Usaha pembunuhan juga memicu tindakan keras terhadap ribuan orang yang tertuduh terlibat dalam usaha percobaan kudeta. Salah satu yang terjerat adalah Erwin Rommel, salah satu Jendral yang terkenal dan disegani oleh sekutu. Ia dipaksa untuk bunuh diri meskipun tidak adanya bukti yang kuat bahwa ia terlibat didalamnya.
Beberapa faktor penting memang berperan dalam gagalnya percobaan untuk membunuh Hitler hari itu, namun para konspirator itu nyatanya benar bahwa Jerman memang berada diambang kekalahan. Hitler beserta para ajudannya pun mati akibat bunuh diri kurang dari setahun kemudiam dalam peristiwa Siege of Berlin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H