Muram,
Wajah bulan tak sepersis bayangan dalam kolam
Kota kota bergeriak cerlang...
Sudah lama aku disana, di kota tua yang ringkih
Di tepian kalimiring,
Kucuci bekas bias seri wajahmu di kaca cermin
Malam ini,
Wajah bulan yang bundar,
Membias di lautan...
Aku..mencarimu di bawah atap puing rindu
Tapi tak ketemu.
Ada malam, yang setengahnya gelap
Persis bualan bapak-bapak kita yang merapal mantra,
Lalu tangannya mencakar langit
Mencari TUHANnya, sampai mengubur dirinya sendiri
Ada malam, persis wajahmu...
Bila saat purnama,
Kedasih melantunkan tembang kematian !
Tapi samar-samar aku mendengar...
Nyanyianmu,
Persis saat kau bisikkan dibawah pohon randu.
Taburan biji randu itu, di kibas angin kering..
mereka mengudara
Membawa anganku, membawa jingga...Sampai sirna.
Surabaya, 13 Juni 2021
Rasull Abidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H