Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Nenek (3)

8 April 2018   19:32 Diperbarui: 8 April 2018   19:34 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubuk bambu separuh dinding semen kuyup, diguyur badai hujan

nenekku, ia duduk memangku keriput dagunya

Pepohonan , semak dan tiang jemuran basah

Pagi, kabut membangunkan lelap kumbang kumbang dibawah dedaunan

Lumut mengecambah,

Sesekali ia membuka jendela, lalu menutupnya lagi

Di pantai,

Barisan perahu nelayan kita masih lengkap,

Gerimis hujan dilautan di gulung gelombang pasang

Tak ada pekikan camar, dan nyanyian prenjak di dahan waru,

Tentu hari ini tak ada ikan yang akan ia asap...

Ia menghela nafas, memandang tungku yang tergenang

Nenekku, yang sendirian matanya melanglang ke angkasa

Ia terpaku dalam kenang,

20 tahun telah berlalu , bagai biji kapas yang jatuh,

Ia terbang di bawa angin sebelum menyentuh rerumputan.

Nenekku, telah bosan dengan rasa garam kenyataan

Nenekku, yang renta

ia biarkan rambutnya tergerai dibakar merah dan hitam kehidupan,

Hanya tungku dan arang jelaga yang setia

Menunggu ikan pindang yang ia asap dalam gubuknya

Lalu ia rangkaikan menjadi selembar asa.

Oo...gelegar guruh dan gemuruh angin mengoyak dahan dahan

Menyatu dalam batuknya,

Matahari yang ia tunggu, adakah khabarmu ?

Besok pagi sekali, aku ke pelelangan ikan, gumamnya

Mendung telah menutup kisi kisi langit,

Lantai pasir dalam gubuknya mengecambah akar rumput teki,

Ia lalu bersenandung,

Tentang bulan, tentang semilir angin, dan tentang kekasihnya

Mengulang lipatan waktu saat senja belum direnggut kegelapan malam

Sukolilo timur, 07 Apr 2018

Rasull abidin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun