Perkampungan dipinggiran kota,
Sebuah ladang kebudayaan yang subur keluar dari lelaku kesederhanaan
Di bawah atap rumah yang basah,
Nelayan kita menatap masa depan pada bentangan biru lautan
Dan kanak kanaknya yang riang tumbuh dalam dekapan alam
Sebelum pancaran matahari menembus celah dedaunan
Di bawah lereng dua gunung batu,
Mereka membelah sejuk kabut pagi, memasang pukat
Melempar sebuah harapan di saat sauh menancap dalam samudera,
Bila matahari duduk di atas kepala,
Camar camar yang datang dihembus angin surga ke daratan
Hinggap pada tiang tiang kayu yang tak beraturan,
Di sebuah perkampungan yang permai,
Mama mama menjemur buah kopra
Mereka menyapa dalam senyum kedamaian
Di bawah pancaran sinar matahari, tak ada gundah dan keluh
bersama menatap esok yang ceria
Di perkampungan yang sepi,
Bermalam dengan selendang kabut yang kelam
Bermandikan cahaya rembulan dan mereguk kopi hitam
Di sebuah desa kecil yang tak tercemar kecoa pembangunan
Pagi ini,
Pasti ada berat rindu yang akan kubawa,
Pada pasir pantai yang memanjang
Pada barisan perahu cadik dan bapak nelayan
Pada nyiur nyiur yang melambai
Sungguh nuansa perkampungan membuka cakrawala
Masih ada pesona alam yang menawan dan kesederhanaan
Saudara kita,
Jauh di pantai utara pada gugusan nusantara.
Tobelo, 24 Maret 2018
Rasull abidin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI