Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Peluh-peluh

26 November 2017   00:28 Diperbarui: 26 November 2017   00:39 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin kering dari bukit turun ke lembah,

Membawa bau peluh petani ke kota,

Masuk cerobong-cerobong pabrik

Hinggap pada gedung-gedung yang menjulang

Petani kita tumbuh bersama belukar,

Lalu kerontang

Tangan yang legam,

Tanah yang subur tak bisa merubah keadaan

Hidup petani dijerat rantai besi

Dan hasil panen mereka sisa dari kecurangan

Tuan tanah yang durhaka

Tembakau dan cengkeh,

Tumbuh subur dalam ladang emas

Aroma embun menyebar pada daun-daunnya

Dihirup kanak-kanaknya yang kurang gizi

Yang duduk didepan gedung pendidikan,

Mereka akan tumbuh menjadi petani,

Mereka akan mengolah ladang-ladang subur

Dan menjadi buruh-buruh dalam kebunnya sendiri

Lalu di mana pencerahan itu...?

Konglomerat dan cerobong pabriknya

Kaum tehnokrat,

Bahkan bapak-bapak yang ahli dalam birokrasi

Mengolah bau peluh petani menjadi berlian

Dan mereka tetap manipulasi

Hingga buruh dan petani memikul benggala

Dengan kaki yang tertancap duri kemiskinan

Surabaya, 25 November 2017

Rasull abidin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun