Rinai pagi, hening di Manokwari
Diluar jendela,
Tak ada buruh dermaga,
Tak ada tukang sapu mengais putung rokok
Tak ada mama-mama penjual roti sagu,
Kemana mereka bersembunyi ?
Hanyut dalam kecipak alun menggulung sepi,
Dan pagi,
Gerombolan burung gereja di sudut gudang tua
Bertapa pada langit yang menebar abu-abu,
Gema seruling kapal di dermaga rakyat
Memecah kabut,
Pesawat lepas mengangkasa,
tinggalkan rupa belantara dan gerimis kota
Lalu kulihat jam dinding itu,
Membias wajahmu dalam pandangan rindu
Rinai pagi dalam semedi,
Tak ada pasar raya,
Kota yang sepi, lengang mengasah batin
Pulau-pulau kecil tumbuh nyiur,
Lumba-lumba berenang diantara buoy-bouy penuntun
Rinai gerimis pagi, dalam kota manokwari
Belantara di peluk kabut
Dalam pergulatan hidup,dalam peradaban kita
Apakah masih sama seperti ini
Menulis essay tentang pagi
Tentang Manokwari
Tentang yiur-nyiur
Tentang lumba-lumba
Tentang burung-burung
Belantara dan pulau-pulaunya
Dan tentang aku yang duduk disini
Manokwari, 27 Oktober 2017
Rasull abidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H