Malam telah larut,
Angkasa gelap karena rembulan jenuh bersinar
Di kedai kopi orang-orang  muda duduk
Dan secangkir kopi.
Dan asap rokok keluar berkali-kali
Aku lihat kedai kopi jadi trend saat ini,
Aku lihat nafas malam masih ada orang-orang di jalan
Tak peduli nyamuk seliweran menyedot darah di kening
Tak peduli laron-laron
Tak ada yang peduli dingin yang mulai menyelinap
Tak ada suara,
Kini tak ada lagi kekalutan yang menghantui
Tak ada ketakutan dari sepi,
Di kota-kota sepanjang jalan
Warung-warung kopi telah di pasang jaringan
Sekarang tentu bukan jaman dulu,
Peradaban telah berganti
Tapi norma turun di urutan paling bawah
Lantaran budaya malu sudah tak sakral
Lantaran budaya malu itu tempo dulu,
Banyak anak-anak narsis
Banyak orang tua narsis
Banyak lagi ibu-ibu tak berbaju
Narsis, dan anaknya jadi ikut narsis
Isi kebon binatang
Keluar, entah di facebook atau yang lain
Saling serang atas nama sara
Perbedaan menjadi tajam,
Menjelma keributan di mana-mana
Tak terbendung lalu sampai di gedung pengadilan
Bila norma telah di letakkan,
Tergeletak tanpa di pandang
Generasi-genarasi akan sama kencing berjalan
Generasi akan kehilangan kewarasan
Budaya kearifan perlahan terbuang
Hilang di telan jaman keedanan.
Bau keringat malam bercampur embun
Yang keluar dari cerobong pabrik
Malam ini gelap angkasa  telah rata,
Senyap kota kadang di usik knalpot motor
Kadang lewat begitu saja
Kaca jendela rumah-rumah mulai redup
Mimpi orang kota mengembara
Lantaran sehari kerja telah melelahkan raga,
Aku pikir sudah waktunya
Kabut menyeruak menembus kelam
Surabaya, 07 september 2017
Rasull abidin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H