Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam di kedai kopi

8 September 2017   17:41 Diperbarui: 8 September 2017   18:13 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa by. Heru Aji J.

Malam telah larut,
Angkasa gelap karena rembulan jenuh bersinar
Di kedai kopi orang-orang  muda duduk
Dan secangkir kopi.
Dan asap rokok keluar berkali-kali
Aku lihat kedai kopi jadi trend saat ini,
Aku lihat nafas malam masih ada orang-orang di jalan

Tak peduli nyamuk seliweran menyedot darah di kening
Tak peduli laron-laron
Tak ada yang peduli dingin yang mulai menyelinap
Tak ada suara,
Kini tak ada lagi kekalutan yang menghantui
Tak ada ketakutan dari sepi,

Di kota-kota sepanjang jalan
Warung-warung kopi telah di pasang jaringan
Sekarang tentu bukan jaman dulu,
Peradaban telah berganti
Tapi norma turun di urutan paling bawah
Lantaran budaya malu sudah tak sakral
Lantaran budaya malu itu tempo dulu,
Banyak anak-anak narsis
Banyak orang tua narsis
Banyak lagi ibu-ibu tak berbaju
Narsis, dan anaknya jadi ikut narsis

Isi kebon binatang
Keluar, entah di facebook atau yang lain
Saling serang atas nama sara
Perbedaan menjadi tajam,
Menjelma keributan di mana-mana
Tak terbendung lalu sampai di gedung pengadilan

Bila norma telah di letakkan,
Tergeletak tanpa di pandang
Generasi-genarasi akan sama kencing berjalan
Generasi akan kehilangan kewarasan
Budaya kearifan perlahan terbuang
Hilang di telan jaman keedanan.
Bau keringat malam bercampur embun
Yang keluar dari cerobong pabrik

Malam ini gelap angkasa  telah rata,
Senyap kota kadang di usik knalpot motor
Kadang lewat begitu saja

Kaca jendela rumah-rumah mulai redup
Mimpi orang kota mengembara
Lantaran sehari kerja telah melelahkan raga,
Aku pikir sudah waktunya
Kabut menyeruak menembus kelam

Surabaya, 07 september 2017

Rasull abidin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun