Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keterbelakangan

4 September 2017   20:25 Diperbarui: 4 September 2017   20:39 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by. Fransisko aplouded

Buih ombak kejar -- mengejar

Bercahaya,

Ketika aku menatapnya

Mendung datang,

Di ujung timur ada gemuruh kelaparan

Lihatlah !,

Anak -- anak bertelanjang dada

Jongkok di bawah kaki tiang pendidikan

Di ujung timur ada kemiskinan

Lantaran hutannya di curi

Rakyatnya makan ubi

Duduk melongo

Di bawah kaki dewa pembangunan

Generasi yang akan datang,

Hanyalah padang ilalang

Meratapi zaman

Bergelantungan di dahan kerontang

Karena keterbelakangan

Dewa pendidikan punya kekuasaan

Pembangunan hanya slogan,

Membentur meja kekuasaan yang mandek

Di ketiak cukong,

Maka,

Program -- program pendidikan,

Jangan memprioritaskan keadilan,

Keadilanlah yang harus memprioritaskan pendidikan

Maka segala bentuk pembangunan,

Janganlah berjalan timpang

Karena ibu pertiwi jadi kebingungan

Dan tersesat di gelap malam

Oo , saudara -- saudaraku

Kaum miskin,

Yang kalah di meja pembangunan

Janganlah di tinggalkan

Sebab akan menjadi hantu dalam fikiranmu,

Akan menjadi bangkai di meja makanmu,

Dan menjadi cemeti di alam kuburmu

Oo , saudara -- saudaraku,

Kaum, yang mereka sebut terbelakang,

Janganlah mereka kau kesampingkan

Lantaran tak tersentuh cakrawala pendidikan

Bukanlah menjadi  beban,

Karena bapaknya enggan berdiri

Meneropong ke ujung timur

Di barisan gunung yang menjulang tinggi.

Rasull abidin, 15 Apr 2014

Selatan P. Masalembu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun