Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Stasiun Kota Tua Jakarta

27 Agustus 2017   11:27 Diperbarui: 27 Agustus 2017   11:30 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia Bromocorah

Dua puluh tahun yang lalu

Di sini, di stasiun jakarta kota

Raja terminal bayangan

 

Gundik gundik tersipu malu

Tukang palak yang beringas,

Adalah begundal begundal tengik

Dua tiga jurus pastilah terjungkal dan lari

 

Ia seorang Bromocorah

Dua puluh tahun yang lalu

Di stasiun jakarta kota,

 

Namun saat ini...

Jaman telah berganti

Dan Jurus jurusmu tak lagi berarti

Kesaktianmu sudah tak ampuh lagi

Bahkan namamu tak ditakuti lagi

 

Saat ini...

Orang orang mulai "cerdas"

mengibarkan bendera "kebebasan"

Karena anak mudanya berkata :

 

" inilah jaman millenium"

 

Jaman kebebasan...jaman "kemerdekaan" !!

Ayo...merdekakan jiwamu dari tekanan

Ayo...merdekakan dirimu dari pilihan

Ayo...merdekakan pikiranmu dari belenggu

Dan merdekakan kebebasanmu dari adat yang menjerat

 

" Ha ha ha....ha ha ha...!!"

 

Inilah jaman kebebasan

Ibu bapak tetap orang tua

Tapi kebebasan adalah mutlak

Bagi mereka yang memperbudak kebebasan

 

---

 

Namun jaman telah berganti

Dan jurus jurusmu tak lagi berarti

Kesaktianmu tak ampuh lagi

Bahkan namamu tak di takuti lagi

 

Ia seorang Bromocorah

Dua puluh tahun yang lalu

Di stasiun jakarta kota,

 

Dan kini ia meringkuk di pinggir trotoar

Nanar matanya tak bersinar

Ringkih tubuhmu di makan usia

Dan guratan dagumu masih menyimpan

Selaksa episode kehidupan.

 

Bayangan kematian,

memporak porandakan kegagahan jaman

Ia terkesima tentang lagu itu

dan tersimpan di kedalaman jiwanya.

 

 

Rasull abidin, 04 feb 2013

Jakarta kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun