Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen Hipokrit

18 Januari 2025   07:33 Diperbarui: 18 Januari 2025   07:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Kompas.com

Dia bukan manusia seperti tampaknya, juga bukan makhluk lain sejenis manusia. Mulutnya panjang monyong suka berkomentar urusan orang lain. Menurut literatur jenis manusia. Dia, juga bukan jenis manusia kebanyakan. Lantas dia jenis makhluk apa dong. Entah. Jawaban tertepat. Karena dia tidak termasuk golongan makhluk sebagaimana mestinya dimanapun. Hah!

Ini zaman sudah sekian juta tahun melewati zaman kepurbaan. Bagaimana mungkin sulit menentukan jenis makhluk apakah sosok itu. Golongan antropolog pun tak bisa mendeteksi dia jenis makhluk apa sebab DNA-nya simpang siur di seluruh literatur digital, dia jenis makluk tak satupun menyerupai makhluk sebenarnya. Loh! Kok bisa.

Kenyinyiran mulutnya melebihi suara terompet zaman modern. Wah, kok aneh begitu ya. Nah itulah jenis makhluk terkini. Tertampak seperti tak lazim itu. Yakin dia bukan jenis manusia apapun, sekalipun dari golongan manapun. Sungguh benar terjadi deh. Liat saja bentuknya tak proporsional sebagaimana makhluk manusia pada umumnya. Tapi mungkin saja dia makhkuk khusus, berbeda pesanan dari zamannya.

"Ngawur kamu."
"Loh bisa saja toh."

Sangat mengherankan loh dia itu. Bayangkan dia seolah-olah cerdas meramal, seakan-akan serba tahu isi kepala makhluk lain, seperti mampu membaca batiniah makhluk lain. Seakan-akan dia sedang akan belajar menjadi bos dari mesin-mesin robotik seolah-olah dia itu evil from hell. Oh! Apa iya begitu. Anggap saja begitu kalau menilik kenyinyirannya mengurusi urusan orang lain. Seolah-olah dia itu makhluk suci entah dari semesta mana. Aneh kan.

Sementara waktu belum tamat mengajarinya pelajaran menulis cara cara hipokrit plus perilaku oportunis termasuk juga mengeja nama, siapa, dirinya sesungguhnya. Uwah! Menakjubkan dong makhluk itu. Apa mungkin dia dari planet lain misalnya. Ini masih dalam penyelidikan tunggal. Loh! Maksudmu tidak pararel. Nah hampir serupa namun berbeda tapi agak mirip kalau melihat asal muasal turunannya.

"Ceritamu ini sungguh terjadi kah."
"Bisa dibilang begitu tergantung kebutuhannya."

Ketika itu melintas suara-suara hipokrit lantas tervisual menjadi teks antikritik sebab pengikut antikritik serupa para makhluk berkelamin ganda. Bermulut lebar berlidah panjang tapi tak sama, sekalipun tak bertaring, namun kalau bersuara cukup menyebalkan. Suara mereka tergantung cuaca, misalnya, kalau mendung suaranya bercuitan serupa tapi tak sama seperti burung emprit.

Bercuitan cuit cuit cuit. Terkadang seperti suara makhluk raksasa cengeng lebay merecoki urusan tetangga sebelah dengan suara khasnya menyebalkan seolah-olah tak tahu menahu kalau suaranya berikut perbuatannya telah sangat merunyamkan tetangga sebelahnya lagi, misalnya. Mendadak membunyikan klakson nyaring banget tak peduli siang bolong padahal itupun bukan kendaraan miliknya, dia hanya numpang akting seolah-olah berperan sebagai manusia penuh kebenaran.

"Atau jangan-jangan dia tak punya nyali."
"Nah itu. Tampaknya mirip seperti itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun