Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Autokritik Kopi Sedap

17 Januari 2025   13:51 Diperbarui: 17 Januari 2025   13:51 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapapun di sebuah negeri tentu berhak memiliki pandangan hidup tentang negerinya, tempat ia lahir makan minum mencari nafkah menghidupi dirinya juga keluarganya. Autokritik berjalan baik, benar, oke banget, di ranah pola budaya sebuah negeri, mungkin di negeri entah manapun demikian, barangkali loh hai.

Tak ada tekanan dari penguasa. Ehem, sensor pendapat publik berjalan normal baik-baik saja, ehem lagi, cakep itu negeri, mungkin loh macam itu disebut negeri demokrasi adil makmur meski juga realatif loh. Mungkin juga benar mungkin juga tidak. Kalau persepsi benar tak di curigai penguasa sebagai kritik mencubit.

Kebenaran pendapat rakyat tentu wajib melalui undang-undang dasar negeri bersangkutan demikian pula dengan penguasa negeri di manapun. Apapun isme pilihan negaranya, di sisi ini bertemu kebebasan demokrasi bermoral baik dari rakyat untuk rakyat maka bertemulah gotongroyong. Membangun bersama menjaga negerinya di manapun; rakyat memilih percaya pada negerinya.

Seyogianya pula penguasa sebuah negeri tidak mengecewakan rakyatnya. Sedih loh kalau penguasa mengecewakan rakyat, lantas, kami, rakyat, kudu bagaimana tinggal di mana. Di planet lain entah di mana gitu, itupun kalau di planet tersebut ada matahari, rembulan, mata air, publik tentu akan mengembangkan hidupnya di luar planet Bumi, itupun kalau mungkin loh, tentu tetap bergantung pada pendapatan perkapita perkeluarga.

Persoalan sebuah negari tidak hanya mengenai bahasan tentang ideologi ideal atau tidak ideal, berpolitik ideal pula; sebab ideologi lahir, ada, hadir, karena kehendak rakyat negeri di manapun, apapun ismenya. Sekalipun ada banyak pandangan dari pakar keilmuan; tentang; apa itu negara.

Namun apa artinya sebuah negara apabila tanpa autokritik demi mencapai keparipurnaan; apa itu negara. Hal ini tak akan berjalan komunikasi dua arah kalau watak dari pemerintahan mengarah pada pemerintahan monorel alias kediktatoran. Sampailah pertanyaan.; Apakah masih ada diktatorisme icu-kah? Nah loh.

Pertanyaan mencari jawab; apa iya masih ada atau apa iya sudah tidak ada; si diktatorisme itu. Tentu kembali pada tujuan dari nurani kekuasaan, tak terlihat, tapi ada, eksis, di balik tirai berkelambu di remang cuaca aneka tujuan kekuasaan, sebuah kekuasaan di manapun mungkin saja, ia berada di balik kabut misteri sebuah cita rasa kekuasaan akan berlangsung.

Sampai pula pada pertanyaan.; Apa masih ada kekuasaan tanpa kejujuran atau sebaliknya.; Tentu kembali pada tujuan dari nurani penguasa sebuah negara, di manapun.

Namun perlu dicatat dengan huruf kapital.; Bahwa negara adalah rakyat.; Bahwa rakyat adalah negara, esensial, betapa kekuasaan negara wajib memenuhi, mengutamakan kewajibannya untuk kesejahteraan rakyat. Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari. Salaman.

***

Jakarta Indonesia Kompasiana,  Januari 17, 2025.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun