Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bejana Geohumanisme

25 September 2024   14:09 Diperbarui: 25 September 2024   14:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seakan-akan kekuasaan manusia lebih hebat dari Sang Pencipta, maka penampakan diktum kekuasaan terlihat melewati batas hukum humanisme dari langit. Maka kekuasaan monorel; manusia sebagai diktatorisme, monarki absolut duduk di singgasana, penentu hidup mati nasib manusia, di kurun masa sejarah manusia.

Bagaimana dengan demokrasi modern kini, lahir dari geobudaya dunia. Mampukah menciptakan perdamaian dunia. Disisi lain di antara negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terus berlomba menciptakan senjata modern nuklir, demi satu alasan kemajuan ilmu di ranah tekno persenjataan modern, demi keamanan kemanusiaan, konon.

Hampir setiap waktu. Dari masa kecil hingga dewasa, pada umumnya, manusia diberi ajaran oleh moral lingkungan untuk senantiasa berbuat baik. Seperti tertulis di kitab-kitab suci kemaslahatan akal budi manusia, sebagai ilmu pengetahuan untuk hidup bersama di planet dunia, memberi tolok ukur kebaktian pada hakikat kebaikan di kebenaran.

Kadang-kadang ada pertanyaan kepada alam raya. Untuk apa kehadiran makhluk manusia di planet bumi. Jika masih ada pertikaian atas nama sebuah isme. Apakah karena manusia tak mampu, mengendalikan kehendak negatif, berbanding lurus dengan positif. Meski akhirnya pilihan kembali pada nurani bening.

Naif memang diperlukan, barangkali hal itu mampu menjadi kontrol sosial ketika kehendak damai bagi jiwa individu atau publik menempuh cita-cita kemaslahatan hidup demi perdamaian dunia dengan akal sehat. Masih menjadi kandidat cita-cita semua bangsa, sebab kini masih belum sampai pada kedamaian dunia seutuhnya.

Tampaknya pelajaran berdamai dengan nurani, sebuah pencarian pengetahuan tanpa henti, setidaknya, mungkin mampu meredam konflik kepentingan, di tengah proses belajar bersama menuju perdamaian dunia ke eskalasi humanisme. Menuju kesetaraan kehidupan demokrasi kalau masih menjadi cita-cita utama kemanusiaan dunia. Meski tampaknya masih terus sebagai sebuah pelajaran.

***

Jakarta Kompasiana, September 25, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun