Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Melodi Pencopet

14 September 2024   05:56 Diperbarui: 14 September 2024   06:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah kekuassan dari nomaden, monarki lantas menjadi sebuah negara modern, sebut saja  terkini, berkembang melibatkan beragam kegiatan sosial tekno kultural bangsa negara sebagaimana kebutuhan rakyatnya. Menuju klasifikasi kenegaraan meningkatkan bentuk citacita bersama rakyatnya.

Salah satunya melibatkan perilaku sosial inheren beragam dayajuang; di ranah perilaku kesedihan, kegembiraan, cinta kasih sayang. Lantas di kemudian waktu bertemu sumber mata air tujuan, di arena siklus makhluk hidup kait berkait kekuasaan ataupun penguasa sebuah negara di manapun sesuai bentuk pemerintahannya.

Konteks kebijakan isme pilihan demi rakyat bahagia. Apapun bentuk pemerintahan sebuah negara. Tetap memerlukan sumber air, sumber minyak, sumber tambang, sumber makanan, sember kehidupan sebagaimana kebutuhan tujuan hidup ideologi negera bersangkutan demi kepentingan lokal sebuah negara di manapun. Jreng!

Penguasa dilarang sombong adigang adigung, tak guna, tak bermanfaat untuk publik. Sebab kerja negara dari rakyat untuk rakyat. Tentu saja puncaknya mencapai cinta tanah negeri bahagia bersama. Itu sebabnya pula wajib berani total, tuntas, membasmi koruptor, tak sekadar wacana lantas sembunyi di balik warna sepia, bakal dijitak Semar kalau dia tahu.

Negara dalam bentuk apapun bergerak dinamis sesuai keyakinan ideologi negera bersangkutan sebagaimana citacita rakyatnya inheren ideologi negara bersangkutan. So pasti perdamaian menjadi tujuan utama semua negara, itu sebabnya pula terbentuk Persirakatan Bangsa Bangsa,  barometer stabilitas perdamaian dunia, katanya sih begitu, konon. Semoga.

Ada banyak bunyi slogan, yelyel bersifat demi pencapaian citacita sebuah negara bersama rakyatnya untuk perdamaian negara bangsa menempuh tujuan meraih cipta karsa utama, di tengah perdebatan politik kebudayaan mencapai kepentingan citra politik bening kenegaraan setara di berbagai wilayah tujuan kemuliaan dunia milik bangsabangsa.

Anehnya politik kepentingan masih ajeh menghadirkan manuver tarik tambang antar keinginan, kepentingan do re mi fa sol. Okelah, katakanlah semuanya menjadi baik menuju benar demi rakyat. Sekalipun ambisi mampu merubah tujuan sungai beralih muara untuk mencapai lautan. Filsafat kenegaraan mendadak bisu menghadapi ambisi over thingking perilaku korupsi dalam gelap mencekam tak jua mereda.

Lantas lahir selonong saja korupsi kelas kakap, kecil kale ya, kelas gajah deh, tak peduli tatakrama bernegara. Lantas menjadi topik utama news para media berjalan. Hih! Serem deh. Teganya perilaku korupsi icu, ehem. Pertanyaannya kemudian.; Kepada siapa berlindung ketika hakhak publik dicopet koruptor dengan sangat kejam. Oh halah! Walahkadalah. Gong!

***

Jakarta Kompasiana, September 14, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun