Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tentang Embun

7 Agustus 2024   19:02 Diperbarui: 7 Agustus 2024   19:12 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Area luas semirip Kebun Raya 1908. Sejuknya kabut tipis di antara pepohonan purba, pukul enam pagi lewat delapan belas menit waktu setempat. Bayangbayang pepohonan purba magis menghipnotis cuaca kabut pagi. Menguning kehijauan jingga secercah memerah mencipta garisgaris vertikal diagonal di tepian batangbatang pepohonan itu.  

Cahaya lembut membias membelah antara pepohonan purba, membentuk nuansa di ujungujung pohonan perdu liar berbunga putih berhias warna nila di kelopaknya, kuncup-kuncup lembab membasah menguapkan rinai notasinotasi simfoni semesta.  

Dedaunan di antara hutan pohonan purba lembab hijau lumutan. Cahaya pagi itu secantik putri melati menarinari kian kemari. Pepohonan seakanakan terus menuju ke atas, seakan hendak menjangkau ketinggian metafisis metronom terpadukan mencipta lagu bianglala setelah hujan rintik tak pasti.

Terlihat di antara bingkai bumi nan langit. Biasan cahaya entah, meski matahari perdetik perlahan pada kepastian garis edarnya, tak juga mau terbit di ufuknya. Seraya menanti cahaya lain di balik embun.

**

Memandangi daundaun di hijau pepohonan purba, menerbitkan tanya dalam kalbu. "Mengapa hari ini matahari terasa lambat memberi sinarnya pada daundaun. Barangkali matahari hari ini sedang tak mau bersekutu dengan bumi. Apa mungkin begitu. Kamu sedang ngambek ya. Ijinkanlah matahari terbit, sejenak saja, untuk manusia ganteng seperti aku. Oke kah." Tengadah hatinya pada langit.

Jika hal itu terjadi, matahari mungkin marah dengan bumi. Kalau mereka tak mau saling menyapa, kemana perginya mencari cahaya matahari lain ya. Ke rembulan atau kepada planet terdekat dari keduanya. Sulit menentukan.

Meski matahari memiliki komponen cahaya terbesar di antara planetplanet di jagad raya kesabaran. Hanya dengan kesabaran menunggu matahari menerbitkan cahaya untuk para embun berumah di dahandahan di daundaun di kelopakkelopak bungabunga pohonan beragam kepurbaan itu.

**

Dengan kesabaran, duduk di antara pepohonan, di antara ranting bersusunan dedaunan, bersama harapan sedikit waktu lagi akan menjadi indah. Menjadi impian pemirsa karyanya, menjadi gambargambar imaji dunia baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun