Musnah, serentak. Entah pencapaian apa, akhirnya dua tokoh siluman mampu menyingkirkan sang ratu. Setelah detik kejadian itu, dua siluman bertatap misteri matamata.
Perang tanding demi puncak neraka, bagian dari episode lanjutan peristiwa lampau. Dua kepala kembali lepas dari tubuh masing-masing, dua kepala mendekat, terjadi dialog batin.
Dua tubuh, bertempur tanpa menunggu perintah dari kepala masing-masing. Sewaktu dua kepala saling berdebat, berubah rupa menjadi makhluk di luar kejadian telah dicatat pustaka semesta.
Pertempuran super dahsyat tak terhindar. Gelombang api titik didih magma amburadul ke angkasa. Sulit membedakan situasi cuaca, tak pernah mencapai titik beku.
"Haaooch!" Serentak dua siluman beradu. Glarr! Porakporanda, propaganda, konsolidasi, koalisi pasukan mereka, imbas dari pertempuran itu.
Penggambaran peristiwa dua tokoh siluman, berebutan kuasa usaha sulit dicatat secara saksama. Tak ada wasit dari pihak manapun. Boro-boro dari makhluk lain, walah, kalau berani nongol, pasti musnah, ikut campur urusan per.siluman.an.
Malang tak dapat ditolak. Untung tak dapat diraih. Bimsalabim. Abakadabra. Makin dahsyat adu sakti, memuncak, menggila.
Namun, serempak visual kejadian, hanya sunyi, suara-suara sirna, dalam kecepatan pola waktu seketika. Semua berhenti, menjadi gambar statis. Gegar Budaya. Sekali Big Bang! Selesai sudah. Kosong lagi deh. Jring!
***
Jakarta Kompasiana, Agustus 02, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.