Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen: Bronk

1 Agustus 2024   06:34 Diperbarui: 1 Agustus 2024   06:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Doc Kompas.com

Dar! Der! Dor! Hura!

Pestapora urakan jingkrak-jingkrak membahana. Lantas sirna. Mati semua ya? Oh, pada mimpi berkhayal tak sempurna. Ingin jadi ini itu, si pandir, dimensia, serupa keledai. Kasihan deh, maju mundur seperti undur-undur.

"Kawan? Waduh! Ini cermin. Kalau kurang besar aku carikan cermin raksasa. Jangan ha hi hu dulu. Nanti, kalau sudah ganteng boleh."

"Emangnya saya jelek?"

"Enggak sih. Lumayan deh."

"Hehehe sekarang kamu serupa kue semar mendem. Jangan maju mundur. Nah, gitu lebih baik. Anda sebaiknya begog saja. Kalau maju mundur nanti tabrakan."

"Kok bisa? Jadi?"

"Begini. Anda begog saja lebih baik.

"Oke."

"Apakah kamu pernah tafakur?"

"Belum."

"Melihat dirimu. Di cermin langit?"

"Belum."

"Kasihan kamu."

"Kenapa."

"Kamu hmm ... Tidak memenuhi syarat."

"Jadi?"

"Belajar tafakur."

"Maksudnya?"

"Koreksi diri."

"Enggak ngerti."

"Belajar dari nol."

"Belum ngerti."

"Jangan sombong."

"Kenapa?"

"Mau masuk neraka?"

"Ya, enggaklah."

"Pinter."

Lantas, dia berolahraga setiap hari, dia ingin seperti orang muda lagi, kekinian, dengan semboyan "Milenial's is my world. Gue beli apapun selagi bisa gue beli. Bronk! Dar! Der! Dor! Bodok amat dah."

Dia, lari pagi sana sini. Lari sore sana sini. Dia, ingin jadi top of the top. Penggagas ide-ide cerlang, tapi dia lupa segala kelemahan dirinya. Ngotot, ingin jadi manusia terbaik di kelasnya. Jadi bintang di langit manapun. Dia, tak ingin dikalahkan. Dia ingin di atas semesta. Kalau perlu dia sangat berminat, menuhankan dirinya. Mantap, tapi agak sinting cita-citanya.

"Semuanya terserah gue dong."

Dia, membeli apapun, diborong abis, apa saja tak peduli. Dia, hanya ingin menunjukkan pada dunia. Dialah terbaik, terseksi, terindah, ter-uhui!

Segala ter-dan-ter seperti apapun, tak peduli. Dia, hanya ingin segala hal, memiliki apapun. Kalau perlu sekaligus neraka atau surga dia beli. Luar biasa. Sangat luar biasa. Meski dia bukan tokoh sejati, tapi keinginannya? Luar biasa. Katanya nih, dia, hanya ingin berbuat baik, terbaik di kelasnya, the best of the best. Hebat.

"Anda luar biasa."

"So pasti. Saya sangat luar biasa."

"Anda beli apapun itu."

"Apapun itu. Pasti."

"Hebat! Luar biasa."

"Saya, sedang tawar menawar. Ingin membeli langit."

"Waduhh! Mantap itu."

"Sangat dong."

"Fantastis!"

"I'm a great person Bro."

"Extra ordenary as you are."

"A wonderful man toh."

"The world now in your hand."

"Iye dong, ente tau ane kan?"

"Mantap."

"Lu tau enggak."

"Apa tuh."

"Kalau perlu raja iblis gue beli Kuy."

"Hahaha ... Mantap. Oke. Banget!"

Glarrr! Gelegar petir meledak amuk. Cuaca menuju gelap. Langit bergulungan. Glar! Glar! Duar! Petir menyambar kepala dua setan itu. Menyirna.

Berkumandang suara dari rumah-rumah ibadah. Mengalun syahdu. Khusyuk.

***

Jakarta Kompasiana, Agustus 01, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun