Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Metodologi Sekilas Sebalik

28 Juli 2024   06:15 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photography by Kompas.com

Memilih menulis dengan pena, ia tak ingin tercemar frekuensi radio aktif infra merah, ia ingin tetap sehat, tak ingin otaknya mengecil. Tak saja itu, ia tak ingin terdata dalam pelariannya. Meskipun frekuensi menghidupi dirinya, dalam pengasingan pelariannya. Jadi, tak ayal lagi tak mudah pula untuk memperlihatkan diri, di arena publik, kecuali, ia inginkan.

Di tengah isu massal oral-isme kaum pemburu, akan tetapi bukan dia kalau tak mampu bersiasat, satu-satunya system-aura sempurna dari semua system telah dicipta. Hal itu membuat pula, ia semirip tokoh penting paling dicari raib di kolong meja, molos bersistem oleh system. Tak ada satupun mampu membayangkan jika tafsir menjadi terbalik, si pena akan fight back, tak ada pula mampu membayangkan kemarahan si pena, akan menjadi bumerang tektonik, merangsek sesingkat detik, jika ia terancam.

Karena si pena, tergolong makhluk hidup, tak terduga hasil dari, system-pembuatnya, kewalahan tak pernah sampai mengejar, tak mudah menentukan klasifikasi hidup si pena, kecuali berpredikat, makhluk, tak ada istilah tertepat untuk jenis makhluk semacam si pena, mesin bernyawa, atau robot canggih atau alien, di antara kehidupan, normal, sekaligus di antara keluarga system-pembuatnya, termasuk di kasta kekuasaan tertinggi dari kaum system-pembuatnya, dibikin repot, banget deh.

Pengarangnya sendiri dibuat pusing, kehilangan arah dalam kisah rangkaian literasi alur cerita, karena memang si pena, sesungguhnya tak ingin tampil berperan. Namun, bukan pengarang kalau kalah oleh bentuk peranan tokoh tengah bertengger di ubun-ubun, terus menguap berkisah-kisah, sulit memprediksi, ketika peranan berkelit saat akan dilahirkan.

Sementara, ia sebagai pengarang terus dicurigai, langkah demi langkah dikuntit oleh system pengawasan-telah kehilangan daya keyakinan, tak mampu membedakan, apa, siapa, personalisasi publik orang per-orang, pilihannya, apapun, itu, termasuk makhluk serangga sekelas nyamuk, sekalipun, wajib dicurigai, hal itu semata karena sebuah kelemahan, dari the moral of system, di dalam-system. Untuk apa memelihara ketakutan ataupun kecurigaan, hanya, memicu hipertensi lebih cepat.

Meskipun system menyadari, juga pengarangnya-mencurigai ciptaannya, merupakan suatu kemunduran, dari kepandiran, sebab pula, hal pandir itu tumbuh, dari, akibat sebaliknya, di karenakan terperangkap fobia sifat-sifat molekuler, ketakutan amoral dari system itu sendiri, mempengaruhi getar-getar frekuensi, terpola telah berpotensi terpolusi, tak jernih, sebab kejernihan, juga termasuk telah menjadi kelangkaan.

Sulit, memang menentukan arah inteligensi ber-system dalam tatanan paripurna, jika polusi kata database, berputar-putar, di pusat kendali syaraf-syaraf anonim, terkesan kelebihan beban, serupa represi pada akumulasi interaktif antar sistem, lantas ketika sebuah komedi satire memainkan kata-kata, langsung terdeteksi sistem pengawasan.

Mau kemana sesungguhnya seolah-olah hidup dalam sistem kematian, demikian pula dengan kematian seolah-olah hidup dalam sistem-kehidupan, keduanya, merupakan siklus telah lama teradaptasi di sel-sel, di slot-slot, detik berdetak-ketakutan amoral, lampau, di tengah pertumbuhan subur system amoral-mencemari bimasakti.

**

PUSAT KERAMAIAN MENJELANG TENGAH HARI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun