Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cakrawala Maya

25 Juli 2024   03:17 Diperbarui: 25 Juli 2024   03:53 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photography by Kompas.com

Menyoal berapa lama perjalanan usia historis abad kepurbaan penyumbang terbesar mesin modernisme-telah menjadi terkini. Meski kadang kala si purba dilupakan musim.

Padahal kemodernan hadir setelah kepurbaan, asal-usulnya jelas, sekalipun terkadang muncul dari celah formal mengkristal; ini kontemporer, ini tidak, ini modern, ini tidak hihihi. Enggak gitu juga kale bestie modern lifestyle. Waduh! Konsepsi langkah pikir itu lagi belajar mundur ya dari ranah kemodernan-kontemporer.

Seni tradisi serat kain, salah satu contoh sederhana, mumpuni, keren abis, mampu masuk di jejak kontemporer; bahkan mampu membuat kemodernan gigit jari-karena, seni tradisi serat kain tidak bisa ditiru, dipalsukan.; Kaya unsur desain, pemikiran tradisi, abstrak-geometris, komposisi warna truly beautifuly.

Konon dongeng negeri langit; kolektor seni tradisi serat kain, natural keutamaan autentikasi koleksinya persis presisi seperti adanya, ia tak ingin memotong kain koleksinya menjadi pola. Nuraninya menolak intervensi destruktif.

Nah, terkadang pula ada pola pikir semusim alias musiman, instan modern kultur; ingin meniru ini itu, sampai gaya cukur rambut pun mendekati persis si modis, idola, meski mirip pun tidak.

Maka lambat laun menyirnalah identitas temuan personal, berubah rupa tak lagi jadi dirinya seperti apa adanya. Dari hanya sedikit meniru, sekalipun sedikit, tetap bukan milik sendiri loh.; Seni, inheren kepribadian, dilarang plagiat.

Sekuat itukah komitmen dunia kepribadian seni.; Ya. Menuntut kehendak menjadi pribadi valid.; Ya. Kalau mau melihat dari multi sudut pandang, artinya ya wajib begitu. Enggak boleh nyontek kiri kanan, alias, jadilah diri sendiri.

Lantas apa sesungguhnya kehendak seni.; Seni, adalah sains; pemilik universalism tersahih kesadaran transendental; di mana bumi dipijak di sana langit di junjung. Sanggup? Harus sanggup kalau mau jadi seniman tulen, gampang kan; bukan ingin menjadi, seperti, si itu atau si ini, dari benua sono.

Tak mudah loh menjaga orisinalitas, ketika acuan menggoda klasik sistem, agar bersegera memasuki kemodernan. Karena si klasik dianggap ketinggalan zaman, old product, kurang modis. Baiklah, ini ada pertanyaan.; Jenis makhluk macam apakah dianggap modis. Jawabannya sila dicari sendiri.

Salah asuh pada diri sendiri lantas menggugat personal bersegera membeli model jaket baru, misalnya. Padahal jaket lama masih cukup baik tak kurang apapun, layak pakai, layak modis di ranah gayahidup.

Namun, sugesti etalase promoaksi, info modis aduhai selalu menggoda selera marak menyergap. Mungkin pula akibat kekuatan pertahanan diri terguncang jua. Komitmen pada satu keyakinan tergerus promoaksi. Gugurlah iman seni personalitas.

Kalaulah cinta jangan ingkar janji. Kalaulah janji jangan mengingkari cinta. Apalagi menjadi pengkhianat janji-janji cinta, atau, cinta boong pada janji-janji konon lagi bisa masuk neraka loh, duh, sedih tau. Konon sekali lagi, pedoman cinta.; Kesetiaan jujur jernih.

Karena kejujuran cinta sebening langit Ilahi.; Cinta Kasih Ilahi Maha Tidak Terbatas, tak berbanding dengan apapun. Makhluk sementara-manusia, bisa matikan-sangat terbatas di segala sektor kehidupan apapun; itu sebabnya pula pelajaran dari langit Ilahi tak kenal batas usia. Amin. Salaman.

***

Jakarta Kompasiana, Juli 25, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun