01/
Nulis apa?
Nulis kamu
Aku ditulis?
Ya, kamu ngangenin, gemesin hmmh ...
Seperti langit terbalik dong
Bukan. Seperti tampah beras
Artinya aku bermanfaat
Hih, ngeselin tujuh turunan
Tapi dituliskan?
Membunuh rindu
Emang bisa?
Bisa. Nih liat!
(Meremas, menyobek-nyobek
hingga kertas luluhlantak)
Hahaha gitu kalau sebel ya
Belum seberapa
(Lengannya nyantol di bahuku.
Lenganku nyantol di bahunya,
lantas kami jadi patung)
02/
Kamu melepas hati
wes nyantol persis gantungan baju
Terus?
Kamu bilang sekarang kehilangan,
emang aku digondol maling
Terus?
Kamu pikir aku laron
hadir setelah hujan
Terus?
Emangnya aku lelembut
bisa hilang terus nongol
Aku punya jantung tau
Terus?
Belok kanan, kalau ke kiri
ke stasiun kalau terus kecebur sumur
Hihihi ...
Kalau cinta jangan cuma ngomel
Oke. Terus?
Nah itu baru bener,
perasaanmu seperti
papan catur sih ...
"Terus?"
"Peluk ya?"
Ogah banget
parfummu kodian
03/
Aku kaget loh waktu
kamu peluk akyu dari
belakang
Kenapa?
Aku kira kamu copet
Waktu aku pamit
kamu kenapa nangis?
"Akting aja biar keliatan cius."
"Oooh! Karena ada kamera?"
"Kan lagi syuting."
04/
(Ambulans datang langsung pingsan)
"Saya ambulans situ siapa?"
"Saya menunggu ambulans."
"Loh ini saya, ambulans."
Bukan, ini kurang lonjong
membesar
Balon zeplin dong,
itu zaman batu
Kamu kurang gaul,
lonjong membesar
ambulans kontemporer
(Bangun dari pingsan)
"Nunggu aku mati ya?"
"Sayang, enggak jadi pingsan?"
"Udah tadi. Kelamaan diskusinya."
Itu pacarmu?
Bukan, dia ambulans.
(Supir ambulans pingsan)
05/
Kucing mati masih
sibuk mencari?
Kalau mati,
kalau belum gimana?
Sudah lapor kebersihan?
Kucingku mati
kok lapor kebersihan?
Belum ketemu kan?
Cepat lapor kebersihan
"Kucingku mati."
"Sudah dicari?"
"Belum."
Artinya belum tentu mati
Ya kale. Nih kucingku.
(Nunjuk kalung di lehernya)
***
Jakarta Kompasiana, Mei 18, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak hari baik setiap hari.