Rumah kita sendiri, sumber kasih sayang, di sana ada keluarga terkasih. Ayah-Ibu, setia memasak, membangun karir untuk anandanya. Sejak seluruh rumah ibadah mengumandangkan Kasih Ilahi, untuk umatnya, pagi hingga petang. Purnama menghias malam menuju fajar sidik tunggang gunung.
Ada banyak pola di hati juga pikiran. Ada banyak hal, mungkin seakan-akan menghalangi cita-cita kemanapun kisah meraih pendidikan akan melangkah.
Ya, realitas seolah-olah penghalang untuk menggapai pendidikan setara, relatif. Terbentur biaya fisik maupun nonfisik. Memahami fitrah Ilahi kebaikan berbudi, dari sana sesungguhnya mata air itu lahir mengalir, merembes ke bumi lantas melahirkan kembali mata air di sisi lain di tempat berbeda.
Kita membuat warna, fitrah, untuk sesama. Itu tugas seni pendidikan. Kalimat sederhana itu meluncur di hati ini. Untuk siapapun nun di sana, di horizon kaki langit. Tempat teman muda tengah meniti edukasi, melukis cita-cita penuh cinta kasih.
Tak ada keraguan apapun, kekurangan ataupun kelebihan sebuah kekuatan untuk melingkari dunia, tak seluas membayangkan sekian juta kilometer lingkar bola bumi. Kalau keinginan menggapai cita-cita telah tumbuh, bersegera menjadi pohon bidara langit menjulang doa-doa kasih sayang.
Ada banyak cara dari keyakinan keindahan keteguhan hati menggapai cita-cita pendidikan setara, sebagaimana kehendak Fitrah Ilahi-Percaya.; Mengalirlah talenta-talenta negeri petani Khatulistiwa, para ananda teman muda.
Cinta, persahabatan, saling peduli, belajar bersama, salah satu kunci cahaya cita-cita. Katakan kebenaran, persoalan, masalah-masalah, membuka hati, saling memberi cahaya, kalau dianggap ada tolok ukur penghalang, akan menjadi ketidak mampuan meraih cita-cita. Persahabatan jernih, di sana ada komitmen cahaya Ilahi.
Tuhan, datang setiap hari ke rumah-rumah umatnya, dimanapun, kapanpun. Menjawab, doa-doa, cita-cita kasih sayang teman muda. Mohon maaf, ini bukan nasihat, hanya berbagi perjalanan hidup setengah abad lebih sebuah perjalanan.
Makhluk pohon, memberi entitas, itensitas oksigen sebagaimana diperlukan oleh lingkungannya, itu sebabnya pula, Ilahi, tak mengijinkan kerusakan hutan di bumi sekecil apapun, dengan alasan apapun sesungguhnya.
Kebaikan ataupun keburukan, sepenuhmya menjadi tanggung jawab makhluk hidup, antara lain manusia berinteligensi.
Doa, kunci dasar berpijak melangkah, meraih cita-cita, sesederhana itu sesungguhnya karunia Ilahi senantiasa ada untuk umatnya, tanpa pandang bulu.
Realitas, persoalan fisik sesaat. Mudah, selesaikan dengan keyakinan teguh, melanjutkan perjalanan, menyelesaikan lukisan cita-cita seluas langit.
Barangkali, tak ada studi banding, mengatakan, si kecil tak lebih pintar dari si besar, demikian juga sebaliknya. Gajah pusing ketika semut masuk, menggigit gendang telinganya.
Keseimbangan kecerdasan makhluk hidup, telah terpola oleh hukum Ilahi, eksak maupun noneksak, di setiap sel otak, sekaligus, di sel hidup setiap makhluk-Nya.
Salam kasih sayang saudaraku di negeri nyiur melambai NKRI Pancasila, ada banyak kebaikan setiap hari.
***
Jakarta Kompasiana, Januari 19, 2024.
Salam kasih sayang teman muda sukses selalu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H