Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Popcorn (Part 19)

9 Mei 2023   16:09 Diperbarui: 9 Mei 2023   16:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matamu mengerling. Aduhai deh ...
Aku mencintaimu? Percaya deh ...

Aku? Tidak mencintaimu
Kok gitu sih, kau cium keningku
kemarin di warung nasi liwet

Oh, itu. Memberimu tanda cinta
karena nasi liwetnya enak seperti
masakan ibuku

Jadi? Aku ini siapa?
Kamu permaisuri di hatiku

Peluk
Ogah. Gendong belakang aja ya
Ogah. Nanti aku jadi belalang

Gendong depan ya
Ogah. Nanti aku jadi kupu-kupu

Jadi, maumu apa?
Selalu ada di hatimu

Hatiku jadi berat dong
Biarin.

**

Aku, tak ingin seperti daun
di pepohonan itu, gugur ditiup angin
bergelimpangan, kering terpanggang matahari
sedih kan?

Itu, takdir alami. Seperti aku
memeluk bahumu sekarang.

**

Menghitung bintang tak mungkin,
secepat kalkulator menghitung
jumlah cintamu

Juga tak mungkin, menghitung
jumlah gerimis musim kemarau,
karena cinta bukan kalkulasi
untung rugi.

**

Seneng deh mengamati panorama
petang di garis pantai, terlihat jelas
kurva horizon lingkaran bumi
universal

Ya, seperti bola matamu,
membulat, melotot kalau cemburu.

**

Kenapa cinta selalu hadir
ketika perasaan merasa bertaut

Mungkin itu kehendak
asa terbit fajar berganti sore.

**

Berbincang tentang cinta
bagai tak berujung,
seluas langit kasih

Ya, karena hukum Ilahi
ada menyertainya
tulus ...

**

Ketika awal mula aku
memandang lanskap cintamu
belum terlihat. Namun
ketika melihatmu, agak
menyamping ke kanan, atau
ke kiri, memancar aura bening
berkilau cintamu. Benar,
cinta tak serupa hitungan
matematis.

**

Apakah cinta setulus
kasih ibu? Apakah cinta
sekuat ayah menyayangi ibu

Sejak aku dilahirkan hingga kini,
tak pernah mampu, aku,
mencatatnya.

**

Kata ibu, suara tangisku
seperti halilintar bersahutan

Lantas, ayah memberi nama,
semirip julukan badai, membuat
awan hujan kumulus
berpindah-pindah menjadi
gelegar geledek

Begitu ceritanya.

**

Pulanglah sebelum petang
Esok masih banyak layang-layang

Itu pesan ibu,
kalau aku pulang selewat petang.

**

Menulis kata, saya berjanji
tidak bolos lagi, seribu kali
Menghormat bendera, karena
telat ikut upacara, lari keliling
lapangan basket, akibat terlambat
masuk. Langganan sekolah
masa remaja

Karena guruku
sayang banget.

**

Hidup, bukan misteri,
juga cinta dan kasih sayang

Hadir, di antara musim.

***

Jakarta Kompasiana, Mei 09, 2023.
Salam cinta saudaraku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun