Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Esai dari Pinggiran: Koalisi Burung Merpati

31 Agustus 2018   13:58 Diperbarui: 31 Agustus 2018   16:38 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat, dua hal tanda baca berbeda maka masalah bagai awan-awan paradigma. Barangkali, bisa menjadi berbagai hakikat atau makrifat, mungkin saja kan, bisa menjadi sumber perdamaian menuju cita-cita bersama di planet bumi, kembali ke hati. Melihat senja seakan cemburu pada pagi karena keduanya amat mencintai planet bumi. Lantas, apa akan terjadi dibalik dua kalimat berbeda tanda baca itu. Hamba tidak tahu.

Sebab, barangkali, praduga bisa menjadi berbagai acuan di pikiran masing-masing dari kedua burung merpati itu. Lantas bagaimana dengan burung merpati lainnya. Sayangnya hamba belum bertanya pada burung merpati lainnya.

Meskipun, sementara, mungkin, manusia tahu, bahwa burung merpati pun hidup berkelompok-kelompok, seperti terlihat di Piazza San Marco (Venice, Italy) misalnya. Apakah mereka juga bisa saling marahan karena berebut cinta, atau, kasih sayang, masing-masing kelompok burung merpati itu.

Rianglah para burung merpati berterbangan bagai penari indah, menukik, mematuk-matuk pakan hambur. Barangkali, kalau mau membayangkan secara imajinatif, kelompok burung merpati di taman itu, sebenarnya tidak berebutan seperti dibayangkan. Justru burung-burung merpati itu, turun dari terbangnya dengan sangat indah, melampaui keindahan lukisan Leonardo Da Vinci di logika, mungkin kan.

Burung-burung merpati itu secara tertib berkelompok-kelompok seolah-olah ber-konfigurasi, bahkan terlihat manja nian, indah tak terperi, bagai puisi-puisi penyair Sitor Situmorang, anak leluhur Toba Na Sae, anak negeri telah kembali ke haribaan Tanah Toba milik tetua adat sangat ia hormati hingga akhir titik puisi-puisinya. Kelompok-kelompok burung merpati itu terbang dalam komposisi photography shot by shot.

Burung-burung merpati terus menari, rampak mematuk-matuk pakan hambur pemberian manusia. Sebaliknya manusia menikmati keindahan si burung merpati "... how beautiful scenery ck ck ck..." tengah berkelompok-kelompok, berlompatan kian kemari beterbangan dengan sayap-sayap mungil coklat muda, abu-abu kombinasi segaris hitam, di atas putih di leher mereka, bak warna putih burung merpati pos 'sang martir perdamaian' pembawa kabar akhir sebuah peperangan atau tentang cinta, kasih sayang.

Kini, burung merpati telah berevolusi menjadi tonase titanium menakjubkan, bermesin jet. Berlomba adu manuver ketangkasan di angkasa, dikendalikan pilot-pilot ahli di bidangnya. Bagai kisah pewayangan, Gatotkaca memburu para penyusup wilayah udara Pandawa. Bangga menyaksikan putra-putri Indonesia, menjadi penerbang hebat. Peace! Salam Indonesia Unit. 

Jakarta, Indonesia, August 20, 2018.
*) Terima kasih anda telah membaca artikel ini. Salam bahagia.

Sumber: Kompas  Wiki 01  Wiki 02  Wiki 03  Elite 01  Elite 02  Elite 01  Elite 04  Pinjam istilah Koalisi  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun