Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Esai dari Pinggiran: Koalisi Burung Merpati

31 Agustus 2018   13:58 Diperbarui: 31 Agustus 2018   16:38 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi sistem pengolahan data bangsa Sumer awal ya dengan menuliskannya dalam simbol aksara parsial, melengkapi pustaka informasi. Meskipun otak manusia mampu menyimpan miliaran data serba ajaib. Melebihi sistem komputerisasi apapun. Misteri keajaiban otak manusia belum terpecahkan. Nah! Penting menjaga kesehatan otak. Kalau kelebihan beban malah bisa ketiduran loh. Kata cerita dari sebuah kisah.

Satelit, misalnya, tak hebat-hebat amat, cuma pengganti energi bersih dari dalam, menuju pembacaan dunia fisik luar tubuh, dulu lewat pelatihan olah kanuragan, meditasi prima spektakuler, pelatihan mempertajam kepekaan membaca tanda-tanda rasional, menyerap data, lantas menyimpan di otak, kemudian mengeluarkannya, lewat ingatan, imaji, visual, serupa melihat televisi samar-samar, bangsa Asia kuno cikal bakal metode itu, menurut cerita kakek hamba almarhum. Lihat deh temuan seni arkeologis, entitas Borobudur. Adakah manusia kini mampu membuat candi seindah itu. Bersifat filosofis, meditatif, nalar sains-tekno purba, manual.

Tak ada hal baru, kalau merujuk, menyoal, art, sains atau pun tekno modern-purba bolak-balik. Hanya melanjutkan sejarah pernah ada, dengan pemecahan estetika kini, baik di telusur secara estetika makro maupun mikro, sekalipun dalam hal peperangan dunia lama maupun dunia baru, hingga perang bintang, the global war.

Apa iya. Hamba kok nggak percaya ya bakal ada perang bintang hehehe... Bagai main games 'aje' (the war of toys) lantas dimana hebatnya, tak ada hal hebat jika bersifat, menghancurkan. Kecuali terjadi 'Big Bang' seri ke-2, itu baru hebat.

Konon lagi nih, akibat Big Bang lanjutan, entah kapan, bersifat serupa dengan Big Bang ke-1, kalau terjadi, namanya juga berandai-andai secara imaji estetis, konon pula akan lahir semesta baru, akibat pola menyatu dari proses zat-zat tak serupa apapun, mungkin,  bersifat atom-isme itu. Apakah makhluk penghuni planet bumi siap menghadapi hal gegar budaya itu.

Kalau mau menimbang secara bijaksana di era sekarang ini jarang ada makhluk manusia berani berhadap-hadapan, man to man combat, kecuali 'Pasukan Khusus' atau 'Pasukan Profesional Sunyi' milik Indonesia, menurut kabar burung, pasukan khusus itu bisa disebut elite, pasukan elite belum tentu pasukan khusus, karena bersifat khusus.

Pasukan khusus, dimanapun di dunia keberadaannya samar-samar alias sangat rahasia. Pasukan Khusus Indonesia, kostumnya keren, tapi ngeri, termasuk salah satu pasukan khusus disegani di dunia. Amin. Pasukan itu siaga selalu, menjaga Sang Merah Putih, netral, tidak berpihak pada golongan apapun, manapun. Hamba terharu, bangga membaca ini: Militer Indonesia di Mata Jenderal Veteran USA.

Pasukan Khusus Indonesia atau Pasukan Profesional Sunyi-the silence combat, hamba membayangkan bagai satria dalam cerita silat. Fiksi ilmiah dunia seni kreatif, secara prosais bisa disebut 'the hero from an era' berjuang demi kebijaksanaan umat penghuni planet bumi atau pun semesta lain, diperlukan satria suci hati putih bersih bening nurani, seperti khazanah dunia komik-komik mampu menciptakan lompatan kuantum matematis di otak pembacanya, terbang seperti dalam cerita silat.

Demikian kiranya sekadar manuver pembuka dari artikel akan tertulis. Jreng! Jreng! Namun, semisal, melihat nurani diri, menjadi telaah diri, akan terasa teramat positif juga bijak. Bermula dari muara kalimat itu, lantas menjadi lentera di wacana hati bersifat segera, sekaligus, wajib rela membuka citra hati, melihat ke masa lampau hingga kini, baik positif maupun negatif, sebagai sebuah pelajaran, juga bagi hamba. Jreng!

Lantas bagaimana dengan dialog dua burung merpati ketika mereka saling marahan karena cintrong, taruh kata bunyinya begini "Kuk kuk kamu tadi bersama siapa. Darimana?" Hohoho. Suatu kalimat tanya bermakna, bisa nyaman bisa tidak di telinga, seumpama terjadi pada dua sejoli burung merpati seakan-akan sedang saling ngambek-ngambekkan itu. Meski bentuknya mungkin bisa dibilang kalimat tanya, karena ada tanda tanya.

Namun sifat dari intonasi nada, mungkin, tersirat semacam cemburu karena cinta, semisal, dalam bentuk pertanyaan. Bagaimana kalau menjadi seperti ini. "Kuk kuk kamu tadi bersama siapa. Darimana!" Perubahan tanda tanya menjadi tanda seru seakan-akan dua perwatakkan peranan, sesungguhnya mungkin satu cinta. Ini kalau mau didalami dari sudut pandang seni komunikasi, dramaturgi loh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun