Mohon tunggu...
Syukron
Syukron Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Akademisi hukum

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyulap Sampah Menjadi Barang Berharga

4 Februari 2019   20:45 Diperbarui: 6 Februari 2019   15:37 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran Sampah menjadi emas mungkin sesuatu yang langkah.Pemikiran itu keluar dari Ridwan kamil selaku gubernur Jawa barat. Ridwan kamil secara informal telah membicarakan hal itu kepada PT.Pegadaian untuk merealisasikan pemikiranya untuk mengurangi sampah plastik.(kompas.com)

Meskipun sudah banyak pengempul sampah untuk  didaur ulang kembali menjadi barang yang bisa digunkan . Tapi rasanya hal itu belum efektif dijalankan buktinya masih banyak ditemukan sampah berserakan disekitar kita. Menurut data asosiasi industri plastik indonesia(INAPLAS) dan badan pusat statistik(BPS) bahwa sampah plastik di indonesia mencapai 46 juta ton per tahun.

Banyak akademisi memberikan pandangan terkait sampah dan ekonomi tapi tidak memberikan problem solving. Banyak pemikir ekonomi dan lingkungan memberikan kritikan namun tak tahu apa yang harus dia lakukan karena mereka tidak paham apa yang dibutuhkan masyarkat.

Diskusi-diskusi ekonomi dan lingkungan tanpa henti disudut-sudut ruang publik. Mereka sering menyalahkan satu sama lain bahwa ekonomi yang harus dilaksanakan itu ekonomi kapitalis, sosialis, syariah tapi tidak tepat sasaran.

Sampah plastik menjadi emas atau barang berharga lainya dibutuhkan sebuah kordinasi setiap lini sampai ke pelosok desa. Kenapa hal itu perlu kordinasi yang solid karena selama ini penangulangan sampah masih parsial dan masih berjalan dengan sendiri-sendiri. Sebelum berbicara sampah menjadi mas, kita berbicara kenapa sampah menjadi masalah dinegeri ini.

Pertama, Di kota dan pelosok desa  tidak ada sarana umum tempat pembuangan sampah(TPS) dan tempat sampah mengakibatkan mereka membuang sampah sembarangan.

Kedua, kesadaran masyarakat tentang sampah. Kedua hal tersebut salah satu faktor kenapa indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar kedua di dunia. Ketiga, dinas lingkungan hidup tidak bisa mengordinasikan penangulangan sampah kesemua dinas yang mewakili pemerintah seperti dinas koperasi untuk membentuk koperasi sampah disetiap kota dan desa. Dinas lingkungan pun bisa mengajukan ke kementrian hukum dan ham untuk membuat perusahan BUMN sampah, seperti yang akan dilakukan oleh pak ridwan kamil yang membicarakanya ke PT Pegadaian. Ketika problem-problem itu bisa diatasi sampah menjadi emas akan sangat terlealisasi. 

Sangat diapresiasi pemikiran ridwan kamil sampah menjadi emas ini. Memberikan gambaran besar bagi kita bahwa semua orang bisa berkontrubusi untuk menjaga lingkungan khsusnya penangulangan sampah ini. Kenapa harus diberikan sebuah reward atau iming-iming agar masyarakat indonesia menjaga lingkungan? Ingat manusia memiliki tingkatan(maqom) yang berbeda-beda hanya uang atau benda berharga yang membuat mereka sama. 

Namun sekali lagi semua itu tidak akan berjalan secara masif kalau tidak ada kordinasi yang solid untuk menangulangi sampah. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menjadikan sampah menjadi barang berharga. Seperti memanfaatkan pemerintah tingkatan terendah yakni pemerintah desa membuat program bank sampah atau membentuk koperasi sampah dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sampah dan dampak yang ditimbulkan oleh sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun