kelas; dan kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk mengontrol kelas dan menyampaikan pembelajaran secara efektif (Kumowal dan Tuerah, 2022).
Gaya Kepemimpinan pendidikan dalam pembelajaran di kelas antara lain sebagai berikut : (Mulyana, 2017) dalam (Widiansyah, 2022) :
1.Otoriter
Paradigma kepemimpinan ini menghimpun berbagai perilaku atau gaya kepemimpinan yang mengacu pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya pengatur, penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan bagaimana aktivitas tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin ini tidak membiarkan pengikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, tidak mentolerir ketidaktaatan, dan tidak mematuhi perintah. Pemimpin otokratis percaya bahwa mereka pantas mendapatkan hak istimewa dan hak khusus, dan mereka mengharapkannya dari bawahan mereka. Seseorang yang egois adalah model pemimpin otokratis. Makna egois akan memutar faktor aktual sesuai dengan apa yang sebenarnya dirasakan sebagai realitas secara keseluruhan dan subjektivitas. Pemimpin otokratis
Â
memandang posisinya sebagai asal mula segala sesuatu di kelas dengan egoisme ini.
Dengan gaya manajemen guru yang otoriter, siswa hanya terlibat ketika guru hadir, dan pembelajaran berkurang jika guru tidak mengawasi semua kegiatan. Guru harus memperhatikan dengan seksama setiap aspek kegiatan proses belajar mengajar.
2.Laizzes Faire
Prinsip penting dari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa anggota tim harus memerlukan arahan atau pengawasan sesedikit mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari tujuan utama organisasi. Seorang pemimpin biasanya mengambil peran yang sederhana dan membiarkan bisnis berjalan dengan kecepatannya sendiri.. Gaya kepemimpinan laissez-faire biasanya tidak efektif bahkan ketika seorang pemimpin hadir,. Banyak kegiatan oleh siswa untuk mencari perhatian. Gaya kepemimpinan ini lebih produktif apabila tidak ada guru.
3.Demokratis
Seorang pemimpin yang demokratis memahami bahwa organisasi harus terstruktur