Mohon tunggu...
I.G. Jali
I.G. Jali Mohon Tunggu... Guru - penikmat literasi dan suka nasi goreng

... ngalor ngidul sing penting rukun ...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Madin Mengadu (H)

23 Oktober 2015   00:27 Diperbarui: 23 Oktober 2015   00:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami sudah mencoba membicarakan hal ini dengan pihak pengelola MADIN, tapi tidak menemukan jalan keluar kecuali harus 'mengemis' nilai kepada masing-masing dosen yang bersangkutan. Sudah pula kami melaporkan ke Rektor IAIN Jember, Bapak Babun Suharto. Tetapi jawabanya: "Sistem yang dijalankan itu sudah benar. Coba diurusin lagi, pasti bisa!"

Maka dengan sangat terpaksa, saya memberani-beranikan diri untuk mempermalukan diri saya sendiri, karena harus berburuk sangka kepada STAIN Jember: bahwa program GPAI, PERGUNU, SD, MI, MADIN, dan program-program lain-lain adalah sebuah strategi ampuh untuk mengubah diri, dari S-T-A-I menjadi I-A-I-N.

Singkat kata, kisah Madin (Madrasah Diniyah) masih sama: keberadaannya baru diakui dalam UU setelah 3 abad ia berbakti. Kini ia masih menjadi alat untuk menaikkan rating prestasi supaya suatu perguruan tinggi naik kelas. Tutup kata saya: jika boleh minta saran, kelanjutan cerita Prodi MADIN 3 Jurusan Tarbiyah IAIN Jember ini bagaimana? (Kirim jawaban Anda ke komentar ini; selesai tidak selesai, kumpulkan. Kuliah tiga bulan, lulus mendapat gelar S.Ng.Ps [Sarjana Ngapusi])

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun