Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pena Lebih Tajam dari Pedang

21 Juli 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 3607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Begitulah kata seorang kritikus sastra ketika peradaban sastra mencapai puncak di dunia. Sebenarnya penempatan kata 'Pena' yang dimaksud adalah kata. Jadi yang lebih tepat adalah 'Kata lebih tajam dari pedang'. Mungkin untuk membandingkan ketajaman berdasarkan konteks benda, akibatnya kebanyakan orang mempersonifikasi 'kata'  dengan 'Pedang'. Tetapi, terlepas dari itu ada sebuah perumpamaan yang bagus,


"Jika sebuah pedang hanya dapat menusuk satu orang berbeda dengan kata atau ucapan yang dapat membunuh atau menusuk ratusan bahkan ribuan orang dengan lebih kejam."

Membunuh dengan memprovokasi hati individu manusia dengan menyalurkan ide-ide kalimat atau sebuah buku untuk memancing naluri berontak atau bergejolak. Itulah yang terjadi dengan arah perjuangan kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Kita lihat bagaimana sajak-sajak para sastrawan kita seperti Chairil Anwar yang pada puisi "AKU",


"..Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi."

Bagaimana kerasnya pendirian chairil dalam tulisan puisinya ini. Dan bagaimana tidak pemerintahan pada saat itu geram dengan sajaknya ini. Tulisan ini ketika itu dinilai sebagai pembangkang. Tidak hanya chairil para akademis sastra, yaitu Soe Hok Gie (Mahasiswa Sastra UI) juga begitu. Melalui tulisan-tulisan kritisnya mengenai masa pemerintahan Soekarno, Gie pun akhirnya diburu oleh militer pada saat itu. Nama-namanya disebut-sebut oleh militer akibat kritikannya terhadap sistem demokrasi terpimpin Soekarno. Beliau juga menuliskan,


"Masih teralu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci mengatasnamakan Tuhan"

Dan,

"lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun