Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pena Lebih Tajam dari Pedang

21 Juli 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 3607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan saja dua orang dia atas, masih banyak para jurnalis dan sastrawan ketika itu yang mengkritik keras pemerintahan. Dengan kata-kata mereka mengguncang para penguasa. Para penguasa terlihat takut ketika para sastrawan dan jurnalis menuliskan sesuatu tentang kritikan sistem pemerintahan pada saat itu. Oleh sebab itu, salah satu cara militer untuk membasminya adalah dengan menghilangkan para sastrawan dan jurnalis atau dengan mengasingkan dan menjebloskan para seniman,sastrawan, dan jurnalis ke penjara yang jauh dari kota roda pemerintahan. Contohnya Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan terbaik bangsa ini menghabiskan separuh hidupnya di penjara. Beliau dijebloskan diasingkan akibat tulisan-tulisannya yang terlalu mengkritik tajam dan sangat berbahaya untuk pihak pemerintahan.

Banyak sekali catatan perjalanan para sastrawan yang melalui tulisan-tulisan mereka, dapat membungkam atau mengguncang kenyamanan para posisi pemerintahan pada saat itu. Memang pantas untuk menyebutkan 'Pena Lebih Tajam Dari Pedang'.

Cara Kerja Pena itu Membunuh

Kata mengguncang dunia, kata mengguncang gejolak sistem pemerintahan, kata mempengaruhi suatu kelompok atau komunitas untuk melakukan sesuatu dan kata dapat menjadi ancaman terhadap suatu kelompok. Bagaimana sistem ini bekerja dengan lebih keji daripada membunuh dengan pedang?

Alasan dibalik mengapa kata dapat mengancam adalah karena sistem kata bekerja dengan cara doktrin dan mencoba pengaruh satu sama lain. Apabila suatu kata atau tulisan tersebut sudah dibaca oleh seorang individu, maka proses selanjutnya adalah berhubungan dengan intelektual atau lebih tepatnya memproses kata-kata tersebut yang kemudian dianalisis dan terakhir adalah kesimpulan. Dalam membuat kesimpulan dari suatu kata atau tulisan, seorang individu bisa terpengaruh 2 faktor, yaitu diri sendiri dan lingkungan.

Yang dimaksud dengan diri sendiri adalah seseorang mengambil suatu kesimpulan terhadap hasil pemikirannya sendiri (dapat juga berdasarkan intuisinya) atau tingkat intelektualitas dari seseorang. Tentu saja hal ini berhubungan erat dengan tingkat pendidikan yang didapat. Kemudian, yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah dimana seseorang mengambil suatu kesimpulan dengan didukung dengan faktor lingkungan sekitar, mendengarkan kesimpulan-kesimpulan orang lain dan kemudian mengikutinya.

Dan kebanyakan yang terjadi adalah para sastrawan atau kritikus berusaha untuk mengajak para masyarakat untuk melihat realitas yang sedang terjadi. Ketika para sastrawan atau kritikus telah berhasil mengajak masyarakat melihat realitas, selanjutnya langkah doktrinasi pun diambil untuk mempengaruhi suatu kelompok atau kumpulan masyarakat. Dan kemudian terjadilah pergolakan atau gejolak pembangkang yang akan berakhir dengan perlawanan atau biasa disebut dengan Restorasi ke arah perubahan.

Adakah diantara pembaca yang masih ingat dengan penyair ulung yang tidak terlalu terekspose karya-karyanya, yaitu Wiji Thukul? Penyair kurus dan bajunya seperti tidak pernah dicuci ini telah mengguncang pemerintahan Soeharto melalui sajak-sajak yang mengandung sarkasme. Keberanian Thukul menaklukan ketakutannya terhadap pemerintahan Soeharto dilakukan melalui tulisan-tulisan puisinya. Beliau dianggap mengganggu pemerintahan soeharto karena Thukul dianggap menjadi provokator yang membangkitkan demonstrasi besar-besar yang dilakukan para buruh. Salah satu sajak yang membuat kuping pemerintahan Soeharto panas adalah Puisi "Peringatan" yang terkenal dengan "Hanya satu kata : Lawan!!"


Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato,
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa


kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun